kesembilan

1.9K 90 0
                                    

Dikampus. Hari ini. Jam dua siang. Aku mengantuk. Mataku tak bisa terbuka dengan penuh. Mau nangid.

Mencoba tetap membuka mata padahal aku tau bila beberapa menittttt saja jika aku menutup mata pasti rasanya nikmat tak tertahankan.

Hari ini pula aku tidak sekelas dengan teman bajinganku. Ya benar, Samara.

Tiba tiba saat baru saja akan menutup mata, pintu kelas diketuk. Membuat semua murid bahkan dosen menoleh.

Pintu kelas terbuka menampilkan seorang lelaki yang sepertinya telat.

Anjir telatnya suka ga ngira ngira ya.

Lelaki itu melangkah menghampiri dosen dengan raut tanpa beban yang menghiasi wajahnya itu.

Woe hidupku kapan bisa se santuy itu?!

"Maaf pak tadi telat. Masih harus nganter orang tua ke bandara." tampangnya yang masih terlihat santai itu membuatku ingin memukul wajahnya menggunakan tas ranselku.

Dosenku masih melihat ia dengan datar, "Kamu telat satu jam lebih."

Anak lelaki itu hanya mengangguk, "Iya memang pak."

"Yasudah kamu duduk saja."

Ente kalo ngomong enteng bener pak, ini serius murid telatnya satu jam lebih tapi tetep boleh masuk kelas?!

Oke positif thinking aja, mungkin mereka sepupuan.

Aku kembali menumpu satu sisi pipiku pada tangan. HhhhHhhhhH bila ada Samara disisiku mungkin saja kami berdua akan bercanda gurau bersama sehingga akan mengurangi rasa kantuk. Ih kok jadi mellow.

"Duduk sini boleh?" aku menoleh, lantas mengangguk asal.

W-wait what??

Aku menatap orang yang tiba tiba sudah duduk manis disebelahku. Baru sadar bila ternyata ia anak yang baru saja telat tadi.

Ngomong ngomong aku penasaran, minta tips supaya bisa sans kaya dia tadi disuasana genting itu gimana ya? Duh, lupakan.

Eh tapi aku kan mengantuk, tidak mood berbicara pula. Jadi aku diam saja. Malas mencoba mengajak berkenalan.

Tapi bila untuk Aldo.. Sepertinya  hampir aku yang selalu membuka topik pembicaraan.

Aku yang asik mesam mesem karena memikirkan Aldo baru sadar bila lelaki disebelahku ini sedang menatapku heran.

Aku balik memandangnya, "Kenapa?" ucapku datar.

Ia balik menatapku dingin, belagu amat. "Lo ngapain senyam senyum?"

Aku memalingkan tatapanku dari dirinya, "Mikirin lo kali." jawabku asal.

"Boleh juga."

Aku langsung menoleh cepat ke arahnya, "Apanya yang boleh juga?!"

"Lo."

"Heh apa apaan?!"

"Woi jangan ngegas goblok. Orang orang pada ngeliatin kita." aku langsung memandang sekitar, lalu meringis. Ternyata memang hampir seluruh murid disini tengah memandang kami.

"Biarin, yang pentin dosennya ga--" lelaki bedebah ini memukul pelan tanganku membuatku menatap ke arah depan.

Ya allah disaat saat gini nih aku mau tetep bersikap santui kaya dia tadi. Asal kalian tau ya.. Dosenku itu sedang menatapku setajam silet.

Bye world part 2 upcoming.

¶¶

Aku menghentak hentakkan kakiku saat baru saja keluar dari kelas. Dosenku tadi memberi tugas menumpuk yang sialnya spesial hanya untukku dan lelaki bedebah itu.

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang