keduapuluhtiga

1.3K 83 6
                                    

"Emangnya masalah apaan-"

"Woy pada ngapain?!"

Sial, perkataanku harus terpotong begitu saja sebab mas Arif tiba tiba saja menghampiri aku dan Revan yang baru saja akan membuka diskusi.

"Bikin sirop." sahut Revan dengan mata yang masih memandangku.

"Lewat chat gabisa ya mas?" ucapku sok tak menghiraukan keberadaan mas Arif. Revan tampak berpikir, namun setelahnya ia menggeleng.

"Ngomong langsung aja. Ntar deh kalo ada waktu senggang."

Mas Arif yang bingung karena tidak tau apa apa sontak langsung mengeluarkan suaranya, "Ini ngomongin apaan woe?"

"Kaga usah kepo lu Mas."

Dahiku didorong oleh telunjuk mas Arif, "Leh, minta dihajar."

Lalu Revan berpamitan, ia bilang hendak menawari es sirop yang tadi sudah jadi kepada teman teman yang lain.

Sedang aku dan mas Arif tetap berada didapur villa ini, duduk dikursi meja makan lalu bercanda gurau membahas hal yang tidak penting. Dari semua teman Aldo, aku memang paling akrab dengan mas Arif.

"Oh disini toh kalian,"

Kepalaku berpaling, menoleh ke arah Aldo yang saat ini bersedekap dada memerhatikan aku dan mas Arif dengan pandangan tak suka.

"Ayo kumpul kumpul. Fungsinya kita touring ini itung itung biar lebih banyak waktu barengnya, bukan malah asik berduaan." lanjut Aldo dengan nada mencekam.

Wow aq merindink.

Mas Arif tertawa kencang, ia bahkan sampai memegangi perutnya. "Do.. Do.. Lo cemburu? Sama gue? HAHAHA." aku memandang mas Arif dan Aldo secara bergantian. Bingung harus takut pada Aldo atau malah ikut tertawa seperti mas Arif.

Ini beneran nih dia cemburu? WAH PENINGKATAN, ALDO SEPERTINYA MULAI MENCINTAIQ SISTA!! ----eee gatau ding.

Saat melihat sorot jengkel pada wajah Aldo, mau tak mau membuatku ikutan tertawa, namun baru saja tiga detik tertawa Aldo segera menarik tanganku.

Ia menggiringku berjalan ke ruang tengah, dimana semuanya telah duduk berkumpul sedang main game konsol dan nyemil.

Aku duduk disebelah Aldo yang masih menampakkan raut datar, cowok itu membelakangiku lalu lanjut bermain. Tidak lama, mas Arif  datang menghampiri. Tapi ia duduk disebelah mas Raka. Posisinya berada diseberangku pas.

Lalu mas Arif menatap Aldo dan aku bergantian dengan tatapan jenaka. Seketika ia menunjuk Aldo dan mengembang kempiskan hidungnya membuatku menahan tawa.

Aku balik menunjuk Aldo lalu ibu jariku kubalik kebawah mengisyaratkan bahwa Aldo itu enggak bwanget. Mas Arif tertawa, lalu saat aku hendak menunjuk Aldo lagi mendadak telunjukku diremas dalam genggaman tangan Aldo.

ASTAGFIRLLAH MAMPUS KETAWAN!

Nafasku tertahan, Aldo memandangku dengan tajam. Aku hanya menyengir dengan canggung. Lalu saat kulihat mas Arif, ia malah sok ikut bermain game seperti tidak terjadi apa apa diantara kami tadi.

Sialan memang semuanya.

Aldo masih mengamatiku dengan seksama, suasana disekitar mendadak terasa mencekam. Aku memalingkan wajahku darinya, lalu berusaha menarik kembali telunjukku namun tertahan. Sebab Aldo masih menggenggam eratnya, ini kalo diamputasi aja gimana ya? takut banget ini beneran kaga boong.

"Do lepasin ih."

"..."

"Do mau ke kamar mandi nih."

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang