Dari kemarin sore aku telah menempati tempat dimana ada Aldo tengah memijakkan kakinya disana. Tepatnya kami sama sama berada disatu kota lagi.
Aku mulai beraktivitas sebagaimana biasanya. Yang berbeda kali ini adalah aku harus mulai membiasakan diri agar tidak selalu mengandalkan atau pun bergantung pada Aldo. Huft, rasanya susah juga.
Selesai membersihkan kontrakan aku langsung tepar, tak butuh waktu lama aku akhirnya memutuskan untuk istirahat sebentar.
Memainkan handphoneku dengan rute seperti; Line>Instagram>Utube. Begitu trus sampai rasanya aku bosan sekali.
Akhir akhir ini kurasakan Aldo menjadi jarang mengirimkan pesan ataupun menanyai kabar padaku. Memangnya dia sudah lelah berjuang ya?
Sedih rasanya saat melihat suatu tanda dimana Aldo mungkin sudah merasa jenuh untuk bertahan dalam hubungan kami yang mulai merenggang ini. Terkadang sikap putus asa juga bersemayam pada diriku yang tak ayal malah membuatku gelisah, takut bila hubunganku dan Aldo tak berhasil untuk dilanjutkan lagi.
Mengapa ia tidak berusaha mendatangiku dikontrakan sih?
Bodoh, dia bahkan tidak tau sekarang aku sedang berada dimana. Tetapi kenapa tidak ada inisiatif untuk bertanya?!
Oh lupakan, mungkin sifat ketusku membuatnya menjadi malas sendiri untuk menghubungiku.
Aku mulai menggigit kuku jari telunjukku, benar benar tak bisa tenang. Hayalan dimana Aldo sudah lelah dengan semua ini berkecamuk pada otakku.
Ingin menangis pun rasanya percuma, tetap saja kepalaku akan memikirkan banyak hal yang membuat frustasi diri sendiri.
Aku menggaruk kepala bagian belakangku dan menghirup nafas dengan perlahan.
Mencoba mengusir bosan dengan menghidupkan televisi. Nah, ternyata sama saja.. semua hiburannya tergolong tidak menarik mataku untuk fokus memerhatikan tayangan yang ada. Hal itu membuatku lagi lagi mengoceh dalam hati.
Memang bajingan satu itu, bisa tidak sih sekali saja membuatku berhenti uring uringan seperti ini?!
Karena merasa sudah dipuncak kebosanan yang teramat sangat, aku berfikir untuk membuat brownie.
Saat kuingat ternyata bahan makanan dikontrakan telah ludes semua, mau tak mau aku memutuskan untuk berangkat pergi ke mini market terdekat.
Sesampainya di mini market aku tercengang, mengapa harus bertemu dengan dia sih?
Disaat akan berbalik badan dan bersiap untuk melarikan diri sejauh mungkin, orang tersebut sudah berteriak memanggil namaku.
"Anying telat anying ih kesel." gumamku pelan, membalik badan dan tak lupa memasang senyum tipis.
"Eh Randy ya?" sapaku seperti kawan lama yang tidak sengaja bertemu disuatu tempat.
Randy menyunggingkan senyum, "Iya, masa baru ga ketemu beberapa minggu aja uda lupa?"
Aku tertawa garing, "Haduh ehm hehehe. Engga lupa kok.."
Sumpah, aku melaknat diriku sendiri karena sepertinya sekarang ini wajahku tengah menampilkan senyum yang terlihat sangat aneh.
"Baru balik dari liburan ya? Kemana aja tuh mba liburannya? Kok gak ngajakin?"
Memangnya mau bohong bagaimana lagi? Randy itu pintar, tidak bodoh sepertiku. Ia dapat mengetahui dengan jelas gelagatku saat berbohong.
"Pulang kerumah dong. Aku mau ngajakin gimana, emang kamunya mau?"
"Iyalah pasti mau banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingray Affliction
Teen FictionFyi; sedang ditake down karena perbaikan. Soon akan dipublish ulang. "Kenapa baru sekarang?" Bukan perkara mudah bagi Gaby untuk terus bersama Aldo yang lelaki itu sendiri bahkan tidak tau hatinya untuk siapa.