Bahkan sampai sekarang hubungannya dengan Gaby terasa bagaikan awan yang kelabu. Tidak jelas.
Gaby, perempuan itu meninggalkannya. Entah kemana perginya. Aldo merasa kecolongan.
Dikamarnya, Aldo hanya berdiam diri seraya merokok. Puntung rokok yang telah mengecil banyak berserakan dimejanya.
Bahkan ia tanpa sadar juga sudah menghabiskan dua gelas penuh berisi minuman beralkohol.
Jangan tanya mengapa itu bisa terjadi, sebab Aldo hanya tau bila pikirannya sedang kacau. Dan penyebab utamanya adalah Gaby. Yah, pertama kali dalam hidupnya cowok itu merasa mempunyai banyak beban hidup hanya karena perempuan.
Satu tangannya memegang satu batang rokok yang sudah tinggal setengah sedang tangan yang satunya lagi memegang handphone yang sedang menelfon perempuannya.
Detik berikutnya yang menjawab teelfonnya lagi lagi adalah operator.
"Dammit!" umpat Aldo.
Kemarin sore saat lelaki itu mendatangi kontrakan Gaby untuk menanyakan bagaimana hasil keputusan perempuan itu, yang ia dapati malah pintu yang enggan terbuka meski berulang kali ia ketuk.
Setelahnya, orang yang tak sengaja lewat dan melihat dirinya masih diam menunggu seseorang untuk membukakan pintu, orang tersebut mendatanginya dan menginformasikan bila perempuan itu paginya telah pamit kepada tetangga sekitar untuk pulang kampung.
Aldo pun pulang dengan perasaan hampa. Sialan.. benar juga kata Gaby, hubungan mereka berdua berjalan semakin lama semakin rumit saja.
Tapi Aldo bertanya tanya, bagaimanakah cara untuk memperbaikinya? Tolong beri tahu Aldo sekarang juga sebab lelaki itu sangat ingin Gaby untuk kembali kesisinya.
Kembali lagi disini, dikesunyian. Karena Aldo hanya dirumah seorang diri, orangtua serta adiknya pergi menginap dirumah sanak saudara untuk menghadiri acara pernikahan.
Untungnya Aldo sedang sendirian disini, bila saja orang tuanya tau jika ia sedang mabuk mabukan seperti saat ini, mungkin saja ia akan didepak dari rumah.
Kembali menuang minuman beralkohol dalam gelasnya, dan saat akan menenggaknya, sebenarnya Aldo sudah merasa sangat puyeng serta pening. Namun ia memaksakan diri untuk tetap meminumnya.
"Hah sial!"
Ia meremas kencang rambutnya yang mulai lepek, lalu tanpa disadarinya dia tengah menitikkan air mata.
"Brengsek!"
Dan air matanya malah makin mengucur dengan derasnya. Bayangan dimana saat Gaby tengah menangis sesenggukan kemarin mengganggu pikirannya. Aldo mengutuk dirinya sendiri karena telah membuat cewek itu tersiksa.
Dengan kesadaran yang sudah hilang akibat minuman beralkohol tadi, ia mulai mengigau tidak jelas.
"I miss you."
"I dont wanna be the one who end up hurtin you. Im sorry, love." ucapnya dengan lirih.
¶¶
Paginya, Aldo sadar bila ia tengah tidur diranjang. Padahal ia sangat ingat bila semalam ia tertidur dikursi.
Siapa yang memindahkannya?Mencoba untuk bangun meskipun kepalanya terasa sangat sakit dan pening. "Bangke, sakit banget huh!"
"Udah bangun lo njing?" Randy muncul dari balik pintu, menatap abangnya dengan datar.
Aldo kaget, adiknya itu mengapa bisa ada disini? Bukannya ia harusnya masih diacara pernikahan saudaranya.
"Ngapain lo disini Ran?"
"Lo ngapain mabok mabokan mas?" Randy sengaja menambahkan kata mas untuk sarkasme.
Shit, here we go again.
Aldo kembali merebahkan diri lalu menutup matanya. Mencoba terlihat sok sakit, supaya adiknya itu tidak lanjut menginterogasinya.
"Gausah ikut campur." ujar Aldo sekenanya.
"Mas.. lo tuh nyusahin, tau?"
Aldo berdecak kesal, "Ya lo ngapain sok mindahin gue segala goblo."
"Gatau terimakasih anjing! Kacang lupa kulit banget lo."
Membuka matanya, Aldo menatap adik lelakinya dengan nyalang.
"Lo kenapa balik sih? Ganggu mulu setan." kata kata itu terdengar sangat sadis, namun tak membuat Randy gentar untuk mengganggui abangnya.
Randy kemudian menaikkan satu alisnya, "Heh bangsat, lo belagu amat dah. Sial banget gue punya abang kaya lo. Kasian Gaby, cowoknya kaya tai. Eh salah, kan kalian berdua udah jadi mantan ya? Seneng gue pas tau kalo kalian berdua dah buyar."
Aldo segera membelalakkan matanya, bagaimana Randy bisa berkata seperti itu?!
"Maksud lo apaan heh?!"
"Lo sama Gaby, udah selesai kan?"
"Kok lo tau?"
Raut wajah Randy berubah dingin, "Hah! Mudah banget ketebaknya. Oh iya, lo tolol banget sumpah. Cewek kaya Gaby lo sakitin, selamat deh sekarang kayanya dia udah bahagia tuh lepas dari orang sakit jiwa kaya elo."
Kata kata Randy seakan menampar keras Aldo, pedas sekali. Namun semuanya seakan benar. Ya memang benar sih.
Namun karena dirinya tidak ingin Randy mengerti bahwa dia sedang terpuruk, cowok itu mendecih. "Cih, tau dari mana lo kalo Gaby bahagia lepas sama gue? Padahal semua orang tau kalo gue segala galanya buat dia."
"Fuck you! Gila lo sekalinya goblok kok nemen banget sih?! Oh ya ada kejutan buat lo. Liat sana post'an terbaru Gaby. Gamau ngucapin selamat sama mereka? Keliatannya Gaby jauh lebih bahagia sama tuh cowo."
"Btw, untuk sekedar pemberitahuan aja ya.. Lo tuh ga lebih dari sekedar kuningan buat Gaby yang emas. Jadi jangan sok ketinggian deh, mantan cewek lo itu pantas buat dapetin yang lebih baik dari elo. Apa lagi elo yang cuma maceman berandal kampung yang bisanya cuma ngerokok sama mabok mabokan njing." ucapan panjang lebar Randy itu lagi lagi membuat Aldo semakin panas, dengan segala amarah yang ada Aldo segera membentak adiknya itu.
"Pergi lo setan! Keluar sana!" usir Aldo pada adiknya.
Ngomong ngomong, Aldo sebenarnya kesal setengah mati. Apakah Randy baru saja mengatakan bila Gaby sudah mendapatkan penggantinya? Bila iya maka dirinya yakin bila sedang terbakar api cemburu sekarang.
Secepat itu kah bagi Gaby untuk melupakan Aldo?! Ingin rasanya Aldo berkeliling dunia hanya untuk memberitahukan pada semua orang bahwa Gaby hanyalah miliknya dan tak boleh ada satu pun orang lain yang boleh menyentuhnya. Ralat, bila orang asing memandang Gaby pun rasanya Aldo tak rela!
Aldo memang akan menjadi egois hanya untuk melindungi miliknya yang berharga.
Dan setelah Randy keluar dari kamarnya, Aldo segera membuka akun instagram Gaby. Benar saja ternyata perempuan itu baru saja mengupload sebuah foto.
Sial, Aldo merasa nafasnya mulai memburu dan matanya tetap fokus menatap dengan sorot masam pada layar yang masih menampilkan foto Gaby dan sesosok laki laki.
Komen pada post an tersebut dimatikan, bahkan lelaki yang ada disebelah Gaby itu tidak di tag. Makin penasaran saja Aldo. Satu satunya yang bisa Aldo simpulkan saat melibat foto ini adalah, Gaby dan si 'cowok sialan yang bahkan Aldo yakin bila ia lebih menarik darinya' ini pergi ke pantai. Melihat dari lokasi yang dipilih Gaby.
Jujur, Gaby memang paling bisa membuat Aldo menjadi kelimpungan.
Dengan cepat Aldo segera membuka aplikasi Line lalu mengetikkan pesan untuk Gaby.
Rivaldo; hi, hows ur day? look like u enjoying ur vacation. while im dying here cause missin u so damn bad.
Setelah pesannya terkirim, Aldo masih diam memerhatikan. Barangkali Gaby membalasnya.
Tapi, sudah hampir setengah jam dan perempuan itu masih belum saja membalasnya. Aldo menjadi gusar setengah mati, cowok itu jadi merasa geli pada diri sendiri sebab ingin kembali menangis karena hal sekecil ini.
"Hah, harus sesabar apa gue ngadepin lo sih Gab?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingray Affliction
Teen FictionFyi; sedang ditake down karena perbaikan. Soon akan dipublish ulang. "Kenapa baru sekarang?" Bukan perkara mudah bagi Gaby untuk terus bersama Aldo yang lelaki itu sendiri bahkan tidak tau hatinya untuk siapa.