keduapuluhtujuh

1.5K 90 4
                                    

Berada dikampung halaman sendiri setelah sekian lama rasanya begitu menyenangkan. Aku bebas melakukan apa yang aku mau, termasuk bangun kesiangan.

Aku masih mengucek mataku saat papa asik mengomel karena aku yang bangun terlalu siang sehingga tidak membantu mama memasak.

Ternyata baru kusadari bila aku masih belum dapat hidup bebas:)

"Masih capek tau pa." aku melihat papaku dengan tatapan memohon.

"Kamu trus kalo besok udah nikah, mana bisa ngurusin suami kalo bangun aja masih siang."

Ya kan gapapa, biar Aldo makin mandiri.

Heh?! Mengapa aku jadi memikirkan si bejat itu lagi?

"Yauda sih lagian kan udah bangun nih."

"Buruan mandi, katanya mau jalan jalan sama Thariq?"

Oh ya, baru ingat juga. Aku kan ada janji dengan sepupuku bila kami berdua akan pergi ngemall.

Beberapa menit setelah akhirnya selesai mandi, aku langsung mengirim chat pada Thariq, menyuruhnya agar cepat menjemputku.

Thar; ya ntaran

Gby; masih lg ngapain? jujur!

Thar; barusan bangun😘

Gby; bangsit.

Gby; buruan!!!!

Thar; iya sayang

Sambil menunggu jemputan, aku menyibukkan diri dengan memakai kutek berwarna hitam.

Bahkan disaat aku tengah mencoba membencinya, aku masih belum bisa untuk tidak menyukai hal hal yang berkaitan dengannya. Masih tertanam pada benakku bahwa Aldo menyukai apapun itu yang berwarna hitam.

"Si bangke lagi apa ya? Kangen hm." aku tertawa kecil dan setelahnya malah memberengut sedih, tersadar bahwa patah hati membuatku seperti sedang mengalami gangguan kejiwaan.

"Gab, cepetan udah dijemput nih!" teriak mama dari luar kamarku.

"YAAAA SURUH TUNGGUU BENTAR MAH!"

Aku cepat cepat menyelesaikan mengoles kutek di kukuku, lalu segera berpamitan pada dua orangtuaku, dan menghampiri Thariq yang berdiri diteras rumah.

"Lama banget kamu, nih liat aku sampe uda selesai kutekan." ujarku sembari memamerkan kuku yang telah terlihat manis.

"Sabar bro, aku bisa bangun aja udah untung."

Aku terheran, "Heh ngomongnya! Ntar gabisa bangun beneran gimana?"

Thariq, kakak sepupuku itu hanya berujar kesal. "Ya kan yang penting ga kejadian. Jadi ke lippo nih?"

Aku tersenyum penuh minat kemudian mengangguk anggukkan kepalaku. "Iya abis itu lanjut ke transmart ya!"

"Iyaa."

Kami berdua pun memasuki mobil yang dibawa oleh sepupuku ini.
Di perjalanan aku dan Thariq saling berbincang mengenai banyak hal. Kami sama sama bertukar cerita.

"Kamu kok baru sekarang pulang kesini? Baru inget rumah?"

Sontak raut wajahku langsung berubah masam. "Kok gitu sih.. Ga gitu tau Tharrrrrr, aku baru liburan makanya barusan pulang."

"Masa? Bukannya pulang gara gara baru diputusin?"

"Mana ada! Aku yang mutusin kok!" Thariq kaget karena suaraku terlalu kencang saat mengucapkannya. Aku pun meringis, "Maaf."

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang