keempatbelas

1.5K 97 2
                                    

Aku masih kaget dan terperangah karena kehadiran Tita disaat saat acara akan berakhir. Perempuan yang berstatus mantan pacar Aldo itu kulihat sedang menyalami kedua orang tua Aldo dan memberi kado untuk tante Fati lalu berpamitan.

Tante Fati memberitahuku bila Tita ada urusan jadi tidak bisa berlama lama. Bagus lah dia tau diri.

Saat menyebalkannya adalah, waktu akan turun, Tita itu memandangku cukup lama. Kemungkinan dua menit. Wajahnya tak bisa kutebak saat melihatku. Aku yang ditatap seperti itu balik menatapnya bingung.

Tiba tiba aku melihat Aldo tengah menghampirinya. Sialan, apa pesonaku malam ini kalah dengan Tita ya?

Mereka turun ke lantai satu, sepertinya Aldo akan mengantarkan perempuan itu. Akhirnya segera aku memalingkan wajah dan menemukan Randy yang sedang menatapku dalam. Adik Aldo itu bersandar didinding dekatku dengan tangan bersedekap.

Aku menghampiri Randy dengan hati yang terasa amat sakit.

"Yang ngundang dia siapa?" aku menahan suaraku untuk tidak terdengar parau.

Randy mendengus, "Ya siapa lagi."

Aku membelalakkan kedua bola mataku, "Aldo?"

"Hm."

Hancur sudah. Tujuan, maksud dan manfaat Aldo mengundang mantannya pada acara ulang tahun ibunya itu apa?

Sialan. Aku merasa sehabis ini maskaraku akan luntur.

"Udah gausah dipikirin. Aldo mungkin ngundang dia gara gara lusa kemarin Tita ngundang Aldo buat dateng ke acara ulang tahun adiknya." ucapan Randy membuatku makin terperangah.

Jadi pada saat aku sedang bersama Brata saat itu, Aldo datang ke acara ulang tahunnya adik Tita? Tanpa memberi tahuku?

Aku tersadar, kemudian tersenyum pedih. Memang aku dianggap sebagai apa oleh Aldo? Hahaha tragis.

Randy yang melihatku seperti ini langsung menatapku kasihan.

Cih, aku tidak butuh dikasihani.

"Yaudah gue mau pulang aja. Besok ada kuliah."

Randy mendekapku, akupun berusaha menahan tangisku.

"Udah gapapa, Aldo punya lo doang kok. Tita mah lewat." candaan yang dilontarkan oleh Randy membuatku sedikit merasa lega. Ya sedikit.

"Ayo gue anter pulang." tawaran Randy membuatku mengangguk.

"Pamitan dulu ya Ran." setelahnya aku dan Randy berpamitan kepada om Hendrik dan tante Fati.

Saat akan menuruni tangga, Aldo yang akan menaiki tangga menatapku dan Randy bingung.

Aldo segera melangkah mendekatiku, "Mau kemana?" tanyanya sambil memegang pergelangan tanganku.

Tanpa menatap wajahnya, aku segera melepas pegangan tangannya.

"Mau pulang, Gaby pusing."

"Yaudah sama gue--"

"Gak, lo kelamaan. Biar sama gue aja. Ayo Gab." sela Randy.

Terimakasih Randy, tanpa bantuannya mungkin sekarang aku akan berjingkrak jingkrak tak karuan dilantai dan menangis meraung raung.

Sampai dimobil Randy, ia berkata "Lo tau? Tadi dia ngeliatin lo trus."

Aku yang memandang ke jendela hanya bisa mendecih. "Udah ya Ran gausah malah tambah bikin gue runyem gara gara kepikiran."

"Eh nih, cowok bajingan lo ngechat gue. Tanya kenapa kok lo bisa sampe pusing orang tadi baik baik aja."

Aku segera menatap ponsel Randy yang disodorkan padaku. Aku membacanya lalu merasa bila dadaku nyut nyutan.

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang