Minggu pagi ini aku tengah bersiap untuk ikut dengan Aldo yang akan bermain futsal dengan kawannya. Aldo itu memang dulunya saat jaman sekolah mengikuti kegiatan ekstra sepak bola.
Omong omong, ini perdana dia mengajakku untuk menontonnya bermain. Dia bilang akan tanding dengan anak fakultas sebelah, dan dengar dengar sekumpulan cowok fakultas tersebut good looking.
Ini mengapa aku masih berdiri didepan kaca rias sambil menepuk nepuk pipiku guna meratakan cheeklit blush.
Benar, aku sedang ingin tebar pesona. Fufufufu..
"Wadidaw, lama amat. Lo gak lagi mau kondangan kan?" tegur Aldo yang saat ini sedang berdiri menyandar pada pintu memerhatikanku dengan satu alis yang menukik.
"Sabar. Nih abis pake liptint selesai kok."
"Padahal makeupnya santean tapi lama banget. Gue kira mau makeup ala kawinan adat jawa."
Aku tertawa dengan lihai saat mendengarnya bicara. Menaruh liptint dalam boks, lalu berjalan hingga sejajar dengannya.
Kugandeng lengannya, "Udah? Gamau nge layerin bedaknya dulu sebelum beneran berangkat?" aku segera menoyor lengannya. "Gue bedakan ga sekilo juga lah. Buang buang duit aja."
"Ya gapapa, kan gue dompet berjalan. Seluruh kebutuhan lo gue jamin terpenuhi."
Senyum yang terpatri diwajahnya menular pada wajahku juga. Aku yang gemas hanya bisa menjatuhkan kepala bagian samping dibahunya.
Kepalanya yang menegak juga ikut dimiringkan sehingga menumpu pada kepalaku tadi.
¶¶
Duduk sendiri dikursi tribun mengamati Aldo dan temannya yang lain sedang fokus menendang serta mencoba mengejar bola itu.. adem. Ancur ya, emang beneran ganteng ganteng dong temennya doi.
Meskipun lawan mainnya terlihat cakep, aku merasa bila yang paling bersinar dari mereka semua adalah Aldo. Cowok itu seperti punya daya tarik yang kuat. Mau seganteng apa pun teman Aldo, mataku tapi lebih sering terfokus padanya.
Bagaimana poni rambutnya yang mulai memanjang bergerak layaknya bendera yang berkibar, bagaimana jakunnya bergerak naik turun, bagaimana tangannya saat mengelap dahinya yang basah akan keringat..
Aku sepertinya mulai overdosis.
Tidak tau sejak kapan, yang jelas saat ini bibirku menipis keatas serta wajahku merona merah. Mukaku seketika gerah, kuayun ayunkan telapak tanganku sehingga tercipta angin kecil, berusaha untuk menghilangkan rasa sesak itu.
Mungkin ini efek dari Aldo yang sekarang juga sedang menyeringai melihatku dari kejauhan.
Aku mengulum bibirku, menahan senyuman. "Apasih gajelas.." desisku pelan dan tidak mungkin bisa ia dengar.
Lalu pandangan Aldo kembali pada lawannya yang sedang menjaga gawang. Aku masih memerhatikannya yang mulai menajamkan mata menyorot gawang lawan, Aldo sepertinya akan menendang bola yang berada dibawah telapak kakinya.
Goal! Bolanya berhasil masuk sehingga dia dan timnya mencetak kemenangan. Dia terlihat kesenangan, tangannya mengarah keatas disusul dengan teriakan "Yash!" kemudian timnya yang lain bergerak memeluknya.
Aku masih tersenyum saat memandang gerak geriknya. Setelah bertos ria dengan kawan maupun lawannya, dia berjalan meninggalkan lapangan.
Hingga akhirnya Aldo sudah duduk disampingku. Tanpa disuruh, aku telah mengeluarkan tissue dari dalam clutchku. "Nih di lap'in dulu mukanya. Udah jelek tar makin dekil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingray Affliction
Teen FictionFyi; sedang ditake down karena perbaikan. Soon akan dipublish ulang. "Kenapa baru sekarang?" Bukan perkara mudah bagi Gaby untuk terus bersama Aldo yang lelaki itu sendiri bahkan tidak tau hatinya untuk siapa.