keempat

2.4K 122 6
                                    

Aku masih menjalani hari dengan penuh kepelikan. Sampai sekarang Aldo bahkan belum menghubungiku.

MEMANG AKU SIAPANYA HINGGA IA HARUS SELALU MENGHUBUNGIKU?!

Aku memutuskan untuk mengirim pesan lewat Line untuk mas Arif. Aku akan mencoba untuk bertanya padanya sebab aku tau bila ia yang paling dekat dengan Aldo.

Gby; mas ripppp

ArifS; oit

Gby; Aldo gaada cerita apa" ya ke mas?

Aku menggigit jari menunggu jawaban dari mas Arif.

ArifS; gaada tuh, lagi berantem nih pasutri?

Aku tertawa, masih sempat sempatnya ia melawak.

Gby; i dont kno, tp terakhir ketemu waktu itu kayanya dia marah deh😥

ArifS; marah? lo apain dahh

Aku bimbang.. Apa harus kuceritakan awal mula kejadiannya ya?

Gby; am i wrong? if i want a clearer relationship?

ArifS; gila sih, lo minta kejelasan ke dia?

Aku memanyunkan bibirku, seketika perasaanku seperti ditusuk tusuk. Apa ini memang salahku? Meminta kejelasan dalam hubungan ini, apa aku tak berhak??????

Gby; tau lah aku ksl, anterin aku dong nyari makan abis ini??

ArifS; iya ntar gue yg jemput.

Aku masih mengamati balasan dari mas Arif. Mengapa rasanya seperti bukan dia ya yang menjawab?

¶¶

Benar saja saat membuka pintu, bukannya mas Arif tetapi malah Aldo yang berada dihadapanku sekarang.

Aku masih merasa kaku pada sekujur tubuhku, bingung untuk mengeluarkan sebuah kata.

"Kenapa? Nyari Arif lo?" nadanya juga tidak bersahabat saat mengatakan itu.

"Enggak, lagian ngapain lo kesini?" aku sok saja melawan, nadaku saat mengatakan itu juga kubuat tidak bersahabat.

Sama sama rebel yes. Jiwa pemberontaknya teh meraung raung.

Aldo masih diam menatapku sampai akhirnya aku kaget karena ucapannya,

"Ayo cari makan."

"Lo yang tadi bales chatnya mas Arif?"

Iya masih memandangku intens, "Iya."

Aku melotot, "Lo baca dari awal?"

"Iya."

Okedeh, dadah dunia yang fana.

Aku meneguk ludahku, ia yang melihat itu tiba tiba tersenyum kecil.

"Mau cari makan ga sama gue?"

Rasanya ingin memeluk raga itu saat mendengar suaranya. Namun kutahan karena tidak ingin terlihat gampang luluh hanya karena sogokan berupa makanan.

Aku mencoba menatapnya dengan kesal, tidak benar benar kesal sih karena sepertinya aku tidak bisa marah dengan sungguh sungguh padanya. "Mauu."

¶¶

Kami masih sama sama terdiam, untungnya kali ini Aldo membawa motornya. Aku membayangkan bila ia membawa mobil, salah satu dari kami mungkin perlu memulai percakapan untuk mencairkan suasana. Tanpa sadar aku meringis.

Ya masa gue yang mulai, gak banget lahh harga diri kudu dijunjung tinggi!

Setan yang berada disekelilingku sepertinya sedang tertawa, bukannya harga diriku sudah habis ya karena selalu mendekatinya lebih dahulu?

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang