ketigapuluhempat

1.7K 100 7
                                    

Masih dihummer, sore menjelang malam hari.

"Do.." sapaku padanya yang sedang berjalan akan melewatiku.

"Hah?" dia mengambil sapu yang berada dipojokan dekat dengan pintu.

Ternyata dia akan menyapu, aku agak merasa tersudut karena malah Aldo yang berkelamin laki laki yang menyapu ruangan.

Tapi kemageran sudah menguasai sekujur tubuhku, aku bisa apa?

Aku rela kok bila nanti Aldo berubah menjadi brewokan. Its okey.

"Kenapa harus dinamain findin Dori?" pancingku.

Dia mengernyit, "Lo buka folder itu?"

"Iya, emang gaboleh?"

"Boleh boleh aja. Kapan lagi liatin koleksi pribadi yang biasanya cuma gue yang meratiin kan?"

Bih, mau tereak mau tereak.

"Yang candid banyak yang cantik ih, minta lah sabi."

Aldo tetap menyapu ruangan dengan santai, "Gak boleh."

Wajahku berubah masam, "Kenapa sih? Foto foto gue."

"Objeknya lo, yang moto gue." balasnya tanpa memandangku.

"Ya kenapa gaboleh diminta????" ucapku memaksa.

Aldo mendecih saat sedang menyapu bagian bawah meja, lalu baru menatapku yang memajukan bibir.

"Ko.lek.si.Pri.ba.di. Paham?" sahutnya penuh penekanan.

Agak kesel kesel gimana gitu.

"Selalu ngajakin berantem." omelku pelan saat mengalihkan pandanganku darinya.

Kudengar suara sapu yang baru saja diletakkan ditempat semula disusul dengan langkah kaki yang mendekat. Aku tau itu Aldo, namun aku tetap memerhatikan handphoneku dengan mata nyalang dan bibir mengerucut.

Ia duduk disebelahku, bahkan tetap mengawasiku dengan mata elangnya. "Gitu doang marah."

"...."

Ia mulai mengelus pipiku, "Sini cium dulu sini."

Aku cepat cepat menghalau tangannya lalu berbalik membelakanginya.

"Sombong amat." ucapnya dengan nada sengit yang dibuat buat.

"Gab.." ujung rambutku dimainkan dengan gemas oleh lelaki ini.

Aku menepis tangannya membuat Aldo terbahak. "Maaf..?"

Aku dengan cepat mengarahkan pandangan padanya lalu bersungut kesal, "Gamau, udah terlambat. Gamau temenan."

Aldo terkekeh lalu dengan gesit merampas handphoneku membuat aku berteriak.

"Mau hpnya balik ga?" tanya Aldo sambil memainkan alisnya.

"Kan hp gue, kenapa masih harus gue minta?"

"Oh gamau?"

"Balikin, jingan!"

Aldo menyeringai lalu menggeleng. "Ada syaratnya."

Mataku menatap nyalang padanya lalu segera memalingkan netraku agar tak lagi melihatnya. "Apaan sih?!"

"Minta maaf dulu coba.." ucapan tanpa beban itu membuatku segera melemparnya dengan vas bunga plastik yang berada dimeja.

Aldo yang lebih dulu menghindar langsung tersenyum mengejek, tanpa sadar aku ingin mengorak arik wajahnya tersebut.

"Yang salah elo! Masa gue yang minta maaf!?" ujarku.

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang