Jalan yang kita tempuh masih panjang. Untuk mencapai sebuah tujuan kita harus melewati berbagai macam tantangan. Tak akan mudah, memang! Namun, percayalah selalu ada akhir yang bahagia.
***
Sudah kesekian kalinya Ali melihat jam tangannya. Lama sekali mereka di toilet. Apakah benar terjadi sesuatu di toilet? Bagaimana kalau Alin kenapa-kenapa? Arrgghh... Mengapa juga ia harus peduli.
"Itu mereka," seru Rommy membuat Ali langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Rommy. Tanpa sadar ia berlari menghampiri Alin dan mengecek keadaannya. Alin hanya bisa diam, bingung melihat tingkah Ali yang begitu mengkhawatirkannya.
"Dia gak papa kok, Al! Gak usah segitunya khawatir," kata Kesya begitu melihat reaksi Ali bahkan sebelum Ali bertanya tentang keadaan Alin.
Ali menyadari reaksinya yang berlebihan dan langsung membuat jarak dengan Alin. Jangankan Alin, bahkan ia sendiri juga bingung dengan reaksinya yang suka berubah-ubah seperti ini.
"Kamu kenapa, sih?" tanya Alin bingung.
"Ga papa," jawab Ali singkat. Ia pun berjalan ke tempat dimana mobilnya diparkir. Rommy dan Aan hanya mengangkat bahu mereka, kemudian masuk ke dalam mobil. Kesya dan Vidya mengajak Alin masuk kedalam mobil Ali.
"Kita mau kemana?" tanya Alin saat ia sudah berada di dalam mobil.
"Diam dan duduk manis di belakang. Kita bakal senang-senang hari ini," jawab Ali sambil meluncurkan mobilnya keluar sekolah.
Mungkin Alin kurang mengerti definisi senang-senang mereka seperti apa. Tapi ia berharap mereka tidak mengajak dia ke tempat yang aneh-aneh.
***
Alin membelalakkan matanya. Mulutnya bahkan sulit sekali untuk di tutup. Pasalnya, setelah perjalanan selama 4 jam tadi mereka sekarang sudah berada di puncak. Sekali lagi PUNCAK! Do you know? Ini baru hari Rabu dan mereka sudah mengajaknya main di puncak. Apa mereka tidak sekolah besok?
"Besok kita libur sampai hari minggu," ujar Vidya seolah-olah membaca pikirannya. "Besok itu sekolah mau dipake buat tes dan rapat evaluasi. Lo gak tau?"
Alin menggeleng pelan seraya membetulkan kacamatanya. Melihat reaksinya yg seperti itu membuat Ali tertawa. Dia terlihat sangat lucu dengan ekspresi seperti tadi.
"Biasa aja kali mukanya," seru Aan.
Muka Alin memerah. Ia malu dengan dirinya sendiri.
"Tapi... aku kan ga bawa apa-apa," katanya polos.
"Tenang-tenang, gue udah nyiapin barang-barang lo."
Vidya mengeluarkan koper kecil milik Alin yang ntah sejak kapan sudah ada di dalam mobil Ali. Bagaimana bisa mereka menyiapkan segalanya? Orang-orang yang ada di hadapannya ini benar-benar tidak terduga menurut Alin.
"Kalo lo mau tanya bagaimana kita bisa mendapatkan barang-barang lo itu..." Ali mendekat ke arahnya. "Tadi pagi gue suruh pembantu lo buat nyiapin barang-barang lo buat kita liburan."
Alin mendengus, seenaknya saja dia menyuruh pembantunya melakukan ini itu. Dan, kenapa lagi pembantunya itu mau disuruh-suruh oleh orang asing. Untung mereka orang baik-baik. Gimana kalo mereka punya niat jahat? Sepertinya, sepulang dari sini dia akan memarahi pembantunya itu.
"Terserah deh! Yuk, masuk! Kalian ga kedinginan apa?" ajak Alin pada Vidya dan Kesya, kemudian disusul oleh Rommy, Aan, dan Ali.
***
"Gimana kesan lo tentang Ali?" tanya Vidya disela-sela kegiatannya menata piring dan sendok. Alin sedang fokus mengupas kulit apel di meja makan. Ia hanya mengangkat bahunya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ini bukan kali pertama orang-orang bertanya tentang Ali padanya. Ia jadi penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Rain(bow)
Teen Fiction[Revisi cerita setelah selesai] Hujan bisa menciptakan kenangan untuk semua orang Manis, pahit, tangis, tawa Hujan bisa membuat kita teringat Akan semua kenangan yang pernah terjadi Seolah-olah mengulang kembali momen-momen dikala itu Rind...