BAB 23

393 19 0
                                    

"Setiap orang punya rahasia yang tidak ingin dibaginya. Begitu juga denganmu. Tapi denganmu, kukatakan rahasiaku agar tidak ada rahasia diantara kita."

Hari ini pernikahan Anin dilaksanakan. Alin sibuk menatap cermin, bergerak ke kiri dan kanan melihat penampilannya. Ia terlihat ragu dan sedikit malu dengan gaun yang ia kenakan.

"Itu kaca bisa pecah lama-lama kalo dipelototin terus," komentar Vidya yang sudah sepuluh menit melihat gadis itu berdiri di depan kaca. Ia bangkit dari ranjang Alin dan berdiri tepat di samping sahabatnya itu. "Cantik, kok!"

Alin menggigit bibir bawahnya ragu. "Tapi gue malu, Vid! Bajunya kebuka gini."

Vidya menatap horror Alin. Gaun yang dikenankan Alin adalah gaun panjang berwarna biru langit tanpa lengan yang mereka beli di mall kemarin lusa. Memang yang memilih gaun itu Vidya dan Kesya dan Alin hanya meng-iyakan. Tapi, bagian mananya yang bikin malu?

"Gue ga biasa pake baju kebuka gini," kata Alin memandang risih bagian lengannya yang terpampang.

Vidya menghela napas. "Terus lo mau pake baju gamis gitu?"

"Gue pake kaos aja ya?"

Vidya melongo mendengar perkataan polos dari mulut Alin. Ini anak alim banget.

"Kalo ngga, gue bawa jaket ya?" pinta Alin dengan tatapan memohon.

Lama-lama bola mata Vidya bisa lepas karena kebanyakan melotot. Masa iya ke kondangan pake jaket? Dan lihat, anak ini ternyata belum dandan sama sekali.

"Lo kok belum dandan, sih?" kesal Vidya. Ia pun mengambil peralatan riasnya dari dalam tas. Alin sempat menolak saat Vidya ingin menaruh bedak ke wajahnya.

"Jangan bikin gue malu punya teman gelandangan ke kondangan. Gue ga bakal bikin wajah lo kayak tante-tante, kok! Promise!"

Akhirnya Alin mengalah dan membiarkan Vidya mendandaninya. Dalam hati ia berharap semoga dandanannya tidak tebal.

***

Alin, Vidya, dan Kesya memasuki ruang aula yang besar. Disana sudah banyak para undangan yang hadir sedang asyik mengobrol. Mereka bertiga melangkah masuk ke dalam. Hal pertama yang mereka cari adalah dua makhluk astral yang katanya sudah datang ke tempat ini. Mereka bertiga mengedarkan pandangan mereka mencari Rommy dan Aan, dan mereka menemukan dua makhluk itu sedang asyik menikmati makanannya.

"Mereka disana."

Vidya dan Kesya berjalan lebih dahulu di depan sedangkan Alin berjalan kesulitan di belakang karena menggunakan wedges setinggi 5 senti. Ketika ia hampir sampai, tanpa sengaja ia menginjak gaunnya sendiri dan tubuhnya pun oleng karena ia kehilangan keseimbangan. Alin menutup matanya, siap jatuh dan malu. Tapi ia sama sekali tidak merasakan sakit atau apapun.

"Kamu baik-baik aja?"

Alin membuka matanya perlahan dan melihat Alan menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Matanya menatap wajah Alan. Bola matanya hitam, alisnya tebal, hidungnya mancung, dan bibirnya yang penuh Nampak menggoda. Dari mulutnya tercium aroma mint dengan campuran parfumnya membuat Alin lupa diri. Mata mereka saling menatap dan mengagumi, mengulang kejadian beberapa tahun lalu saat mereka masih satu sekolah. Mereka tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang menatap mereka cemburu.

"Eheemm..."

Alin dan Alan sama-sama mengerjap. Mereka segera tersadar mendengar suara Ali. Alin pun langsung melepaskan diri dari pelukan Alan.

"Elah, lo ganggu sinetron gue aja, Li!" kata Aan sebal dan langsung dibalas Ali dengan tatapan membunuh.

"Lo pikir Ali rela ceweknya dipeluk-peluk cowok lain?" bisik Vidya mengartikan maksud Ali tadi. Aan ingin membalas, tapi Vidya langsung memelototinya untuk tutup mulut saja.

Remember Rain(bow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang