Ali berdiri di samping mobilnya dengan resah. Entah kenapa perasaannya jadi tidak enak. Alin sudah pergi hampir sepuluh menit. Tapi belum muncul juga. Ia berusaha menelpon ke nomor Alin, tapi selalu sibuk. Apa yang terjadi?
Tak lama ia mendapat panggilan. Tanpa melihat siapa ia langsung mengangkatnya.
"Halo..."
"Dimana Alin?" tanya Naufal dengan nada penuh emosi.
"Alin?" Ali menyerngit bingung. "Tadi dia bilang ke..." Ia merasakan sesuatu yang tidak beres. "...toilet." Menyadari hal itu, ia langsung berlari ke arah toilet cewek.
"Alin," panggil Ali sambil menggedor-gedor pintu toilet.
Asap keluar dari celah pintu dan ventilasi atas. Seketika ia panik. Ia berusaha membuka pintu toilet yang terkunci dengan cara didobrak. Tidak sempat jika ia harus meminta kunci ke penjaga sekolah. Disini nyawa orang dipertaruhkan. Satu kali, dua, tiga kali hingga yang kelima barulah bisa terbuka. Untung saja pintunya tidak terbuat dari kayu.
Ia masuk perlahan, asapnya terlalu tebal hingga menutupi penglihatannya. Ia harus berjalan pelan supaya tidak salah menginjak sesuatu. Baru saja ia berjalan dua langkah, ia merasakan sesuatu. Saat ia mempertajam penglihatannya, ternyata itu adalah Alin. Ia pun segera menggendong Alin keluar dari toilet perempuan.
"Ali," panggil Naufal yang baru sampai ke toilet. Ia langsung merebut Alin dari gendongan Ali.
"Minggir. Biar saya yang antar dia ke rumah sakit," ucap Naufal dingin sembari membawa Alin ke UKS yang jaraknya tidak jauh dari toilet tadi. Ia harus mendapatkan pertolongan pertama sambil menunggu ambulans menjemput mereka.
***
Alin menggerakkan badannya, lalu bergumam. Dengan pelan, ia membuka matanya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia melihat sekelilingnya seperti mengenal bentuk ruangan ini. Kamarnya, sudah pasti itu kamar tidurnya karena semua bentuk dan isinya terlihat mirip dengan yang ada dikamarnya. Ia menoleh ke kanan, kemudian tersenyum melihat orang yang ada disampingnya.
"Kak," panggilnya pelan dengan suara serak. Arrgghh... Ia butuh air untuk menghilangkan rasa kering ditenggorokannya.
Naufal segera terjaga mendengar panggilan Alin. Ia mengambil air yang ada di nakas dan memberinya ke Alin. Begitu sampai ditangan Alin, ia langsung meminumnya hingga tandas. Ia benar-benar kehausan.
"Kenapa aku bisa disini?" tanya Alin ketika ia yakin nyawanya sudah benar-benar terkumpul.
"Kamu pingsan ditoilet," jawab Naufal, namun bukan itu yang dimaksud Alin. "Sebenarnya kakak ingin membawakanmu ke rumah sakit. Tapi kakak pikir kamu tidak suka, dan Kak Bagas pasti akan bertanya yang macam-macam, kemudian memaksamu pulang ke rumah," jelasnya.
"Nice." Sahut Alin dengan suara lemahnya, namun dengan nada ceria.
Ia melirik jam yang ada di nakas. Ternyata sekarang sudah pukul jam setengah 6 pagi. Ia harus bersiap-siap untuk pergi sekolah.
"Kamu mau kemana?" tanya Naufal saat ia ingin beranjak dari kasurnya.
"Mandi. Siap-siap ke sekolah." Jawab Alin polos.
"NO!" larang Naufal. "Kamu masih sakit gini malah ke sekolah. Kamu disini aja, jangan kemana-mana. Atau ga kakak bawa kamu pulang ke rumah," ancamnya.
"Ok ok," kata Alin malas. Kalau Naufal sudah mengancamnya seperti ini, ia akan menurut patuh. "Btw, kakak kok belum siap-siap?" tanya Alin saat melihat Naufal malah naik ke kasurnya dan melanjutkan tidur di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Rain(bow)
Teen Fiction[Revisi cerita setelah selesai] Hujan bisa menciptakan kenangan untuk semua orang Manis, pahit, tangis, tawa Hujan bisa membuat kita teringat Akan semua kenangan yang pernah terjadi Seolah-olah mengulang kembali momen-momen dikala itu Rind...