BAB 17

408 27 1
                                    


"Aku sedang mencari orang."

Ali terdiam. Orang? "Siapa?"

Alin terdiam. Ia terlihat bingung untuk membicarakan hal ini dengan Ali. Lagipula, ini urusannya dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan Ali.

Suasana berubah canggung. Ali berinisiatif membereskan peralatan makan mereka. Sedangkan Alin memilih untuk tidur kembali.

"Istirahatlah," ucap Ali sebelum ia menghilang dari kamarnya. Tanpa disuruh pun Alin pasti langsung tidur setelah ini. Rasa dingin yang menyergapnya mengundang rasa kantuk hingga akhirnya ia terlelap dalam dinginnya malam.

***

Sinar matahari yang masuk melalu jendela kamar Alin membuat gadis itu terbangun. Ia bingung mengapa kamarnya jadi seterang ini. Apa ia lupa menutup jendela kamarnya semalam? Oya, semalam ia sakit dan langsung tidur. Jadi ia tidak sempat melakukan apapun pada kamarnya.

Ia pun melirik jam dinding yang ada dikamarnya. Jam enam pas. Ia harus siap-siap ke sekolah.

"Hmmm..."

Alin terkejut mendengar suara erangan seseorang. Ia sendirian di rumah itu. Mbak Dina biasanya datang jam tujuh pagi. Lalu, suara siapa itu? Apa Kak Naufal?

"Selamat pagi, Alin." Sapa Ali sambil menampilkan deretan giginya yang rapi.

Ali bangun dari karpet yang ada di bawah sebelah kanan ranjangnya. Alin mematung, otaknya berusaha mencerna apa yang sedang terjadi saat ini. Bagaimana bisa lelaki itu berada di sini?

"Kyaaaaa..."

Ali yang sedang sibuk membereskan selimut yang dipakenya untuk tidur langsung terkejut mendengar teriakan Alin. Buru-buru ia membekap mulut gadis itu agar dia berhenti teriak.

"Kamu..."

"Kamu kenapa, sih?" potong Ali heran setelah ia melepas tangannya dari mulut Alin. "Kamu kayak habis aku apa-apain tau ga. Minat aja ngga."

Alin mendengus. Dia mengecek ke bawah selimut dan masih menggunakan seragam lengkap seperti kemarin. Ia terlalu lelah dan tidak sempat mengganti pakaiannya.

"Terus kamu ngapain tidur di sini? Kenapa ga pulang aja?" Tanya Alin heran.

Ali sedang sibuk meletakkan bantal dan selimut yang digunakannya di sofa, lalu berjalan ke nakas untuk mengambil segelas air. Alin masih memerhatikannya, menunggu jawaban.

"Kamu pikir aku ga punya otak apa ninggalin kamu sendirian di sini yang lagi sakit? Kalo kamu kenapa-kenapa dan butuh bantuan gimana? Lagian kenapa sih kamu tinggal sendirian di sini? Orangtuamu kemana? Dan kakakmu itu kemana? Masa mereka tega ngebiarin kamu sendirian?"

Alin mengerutkan dahinya bingung. Pagi ini Ali cerewet sekali, padahal mereka baru saja bangun tidur. Lagipula, bukankah ia sudah menjawabnya semalam? Apa orang ini sudah lupa?

"Aku yang pengen. Lagipula aku sudah besar dan bisa jaga diri," jelas Alin.

Ali menghela napasnya pelan. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Alin. Bagaimana kalua terjadi sesuatu dengannya?

"Tapi, tetap saja itu bahaya. Lagipula kamu perempuan. Tidak baik perempuan hidup sendirian."

"Sudahlah," Alin merasa tidak ada gunanya berdebat pagi ini. Lagipula Ali tidak tahu yang sebenarnya. "Aku mau mandi," lanjutnya. Setelah mengambil handuk dan beberapa baju ganti, gadis itu pun menghilang dari pandangannya.

***

Acara sarapan pagi kali ini cukup sepi bagi Alin maupun Alin, walau mereka sudah terbiasa seperti itu. Tapi, sarapan kali ini mereka tidak sendiri seperti biasa. Dua orang yang terbiasa hidup sendiri kini saling mengisi satu sama lain.

Remember Rain(bow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang