Heyho, jumpa lagi dengan saya sbg author ABEL2. Sebelumnya saya ingin mengatakan selamat bulan Desember. Buat yg ulang tahun bulan ini, selamat ya. Panjang umur, sehat selalu, GBU:*
Baik readers... Karena saya lagi berbaik hati, ramah-tamah, dan tidak sombong. Disini saya akan mengupdate 1 part yg... gatau deh gimana jadinya.
Silahkan dibaca. Semoga suka ya :D
***
Backsong : Find me - Boyce Avenue
Alin sudah kembali ke bangku asalnya, yaitu di sebelah Ali. Mereka sudah baikan, jadi untuk apa ia tetap duduk dengan Rommy? Lagipula Rommy juga terus mendesaknya untuk baikan sama Ali waktu mereka duduk sebangku. Walau begitu ia juga merasa kesepian karena lelaki itu tidak masuk karena harus mewakili sekolah dalam acara seminar dengan presiden.
"Alin."
Alin sedang sibuk memandang keluar. Ia sama sekali tidak fokus ke pelajaran saat ini. Melihat hujan ini, ia jadi teringat saat kejadian di kafe kemarin. Andai saja waktu itu teman-temannya tidak menahannya untuk pergi, mungkin ia bisa memastikan orang itu benar-benar 'DIA' atau tidak.
"ALIINNN." Panggil suara bariton dengan nada lebih tinggi dari sebelum.
"Ya, pak!" Alin terkesiap dan langsung menghadap ke papan tulis dimana si guru magang ganteng idaman sekolah berdiri dengan memegang spidol dan penghapus yang siap ia lempar jika muridnya itu masih tidak menggubris panggilannya.
"Maju dan kerjakan soal ini," perintah Naufal sambil mengetuk-ngetuk spidol ke papan tulis dimana ada lima soal tentang matriks determinan dan invers.
Ia maju dengan langkah percaya diri. Jangan remehkan dia tentang matematika! Itu dunianya dan salah satu pelajaran paling ia sukai dibanding pelajaran lain. Ia bahkan bisa langsung memahami hanya dengan melihat contoh soal dan penjelasan dibuku.
"Selesai," serunya senang. Ia menatap Naufal dengan pandangan menang. Ia bahkan menjawab semua soal yang ada di papan tulis dengan benar.
"Jadi kamu sudah merasa hebat hah, sehingga kamu tidak mendengar penjelasan saya di depan kelas?"
Kata-kata yang keluar dari mulut Naufal cukup menusuk hatinya. Ia kesal, tapi ia sadar bahwa ia memang salah karena melamun di kelas.
"Maaf, pak! Saya bersalah. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi," mohon Alin sambil menundukkan kepalanya. Naufal merasa tidak tega. Ia seperti sedang menghukum anak kecil hanya karena kesalahan kecil.
Tepat saat Naufal menyuruh Alin kembali ke bangkunya, bel pulang berbunyi. Sebagian orang merasa kecewa karena harus berpisah dari guru tampan mereka. Sebagian lagi merasa senang karena mereka bisa langsung pulang dan beristirahat. Dan Alin masuk ke golongan terakhir, yaitu beristirahat di kasur empuknya sambil membaca novel dan komik yang baru ia beli kemarin di toko buku.
"Alin, ikut saya ke ruangan sekalian bawa buku-buku ini," perintah Naufal dan Alin hanya mengangguk pasrah. Setelah ini di pasti akan diinterogasi di ruang guru. Dengan pasrah, ia pun mengikutinya ke ruang guru.
***
"Kamu terlihat aneh hari ini. Saya lihat kamu terlalu sering melamun. Ada apa?"
Sudah ia duga, ia pasti bakal diinterogasi seperti ini. Tapi, ia tidak diinterogasi di ruang guru, melainkan di dalam mobil. Naufal bilang lebih leluasa disini sehingga tidak ada yang memperhatikan mereka.
"Ga papa sih, kak. Oya, gimana mama? Udah baikan?" tanya Alin mengalihkan topik.
Naufal menghela napas pelan sambil tetap fokus ke jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Rain(bow)
Teen Fiction[Revisi cerita setelah selesai] Hujan bisa menciptakan kenangan untuk semua orang Manis, pahit, tangis, tawa Hujan bisa membuat kita teringat Akan semua kenangan yang pernah terjadi Seolah-olah mengulang kembali momen-momen dikala itu Rind...