BAB 32

320 14 1
                                    

Cie udah malam minggu...

Cieeee yang ga ada pacar, mending kita baca cerita aja ya. Check it out

Plis vomment biar aku semangat updatenya :D

***

Begitu sampai di rumah, Ali langsung menghampiri Alan yang ingin memasuki kamarnya.

"Tunggu! Gue mau ngomong sama lo."

Alan yang sudah membuka pintu langsung berhenti dan berbalik menghadap Ali yang kini sedang menatapnya tajam.

"Kenapa?" tanya Alan datar. Melihat ekspresi Alan yang seperti itu membuat Ali geram. "Lo jangan deket-deket sama Alin," ingatnya.

Alan mendengus dan melipat kedua tangannya di depan dada. Ia balas menatap Ali tajam.

"Tidak akan," jawabnya dengan nada menantang. Ali menggeram menahan amarah. "Gue dan dia udah berteman dari lama, bahkan jauh sebelum dia bertemu lo dan lo klaim sebagai milik lo," jelas Alan sebelum Ali sempat membalasnya. "Jadi lo ga berhak melarang siapa pun untuk berteman dengannya."

"Tapi gue ga suka lo deket-deket sama dia."

Alan yang baru saja ingin berbalik langsung berhenti. Ia tersenyum miring menatap Ali. "Kenapa? Takut dia terpesona dan jatuh cinta sama gue?" katanya sinis.

Sial. Ini sudah diambang batasnya kesabarannya. Dan sialnya lagi, apa yang dikatakan Alan semuanya benar. Tentu saja dia tidak berhak melarang Alin berteman dengan siapapun. Dan ia juga takut jika Alin malah berpaling darinya dan memilih Alan. Selama ini kan dia yang memaksa Alin pacaran dengannya. Dan ia juga bisa melihat tatapan suka Alin pada Alan. Shit! Shit! Shit!

"Ada sesuatu tentang Alin yang ga lo ketahui." Kata-kata Ali membuat Alan tersentak. Apa yang tidak ia ketahui tentang Alin? "Lo bebas berteman sama dia, tapi jangan terlalu dekat. Gue hanya ingin lo melupakan perasaan lo ke Alin. Hanya itu."

"Kenapa?" tanya Alan tidak terima.

"Karena hanya gue yang bisa ngebantu dia keluar dari masalahnya."

Setelah mengatakan itu, Ali meninggalkan Alan yang masih berdiri terpaku di depan pintu kemarnya yang sedikit terbuka. Kata-kata Alan masih sedikit terdengar misterius baginya. Masalah? Masalah apa yang sedang dialami Alin?

***

Alin menatap buku sejarahnya dengan tatapan tidak minat. Sesekali ia menguap karena rasa kantuk yang mulai menyergapnya. Sesekali ia melihat ke sekelilingnya untuk mengusir kantuk, memindai satu per satu teman apa yang dilakukan teman sekelasnya. Sedikit merasa heran dan kagum melihat hampir seluruh isi kelas tampak serius dengan setiap pelajaran yang mereka ikuti. Kelas ini memang tidak main-main. Isinya benar-benar orang pintar dan serius mencari nilai. Kadang ia merasa bosan dengan suasana kelas seperti ini. Ia juga butuh hiburan bukan suasana menegangkan seperti ini, apalagi saat pelajaran fisika. Tapi ia beruntung ada Kak Naufal yang mengajar disini. Selain ia senang dengan kakaknya sekaligus guru favoritnya, ia juga menyukai matematika.

Ia kembali memerhatikan gurunya. Beliau masih sibuk mendongen tentang prasasti serta peninggalan para leluhur. Ingin saja ia tidak peduli dengan sejarah masa lalu, tapi ia memang wajib tahu karena sebagai ilmu pengetahuan, itu sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para leluhur dalam memperjuangkan Indonesia.

Hampir saja ia tertidur ketika ia merasakan pinggulnya disikut.

"Woy, jangan tidur!" bisik Ali pelan.

Remember Rain(bow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang