Backsong : It will rain – Bruno Mars
Hari ini, Alin merasa harinya begitu indah. Bahkan, saat kuis fisika berlangsung, ia terus saja tersenyum. Semua temannya menatapnya dengan penuh tanya. Apa yang sudah dimakannya tadi pagi?
"Kayaknya ada yang salah sama bakso lo," seru Aan sambil mengangkat mangkok bakso Alin yang baru saja diletakkan di atas meja.
Mereka baru saja memasuki jam istirahat pertama dan ingin mengisi perut mereka yang kosong karena sudah terkuras habis di jam pelajaran Fisika.
Vidya mengangguk setuju dengan pernyataan Aan tadi.
"Atau lo salah makan obat tadi pagi, Lin?" tanya Rommy.
Kesya memegang dahinya sendiri, sebelah tangannya lagi ia memegang dahinya Alin.
"Panas," katanya. "Mungkin efek samping dari belajar fisika kemarin. Jadi otaknya agak kegeser gitu."
Alin membiarkan temannya mengambil berbagai macam spekulasi tentang dirinya. Ia sedang dilanda perasaan senang. Kemarin, ia melewati malam yang panjang dengan masa lalunya. Bercerita tentang masa SMP mereka, teman-teman mereka, bahkan tentang Elli, teman mereka yang alay dan sering menjadi bahan bully-an di kelas mereka dulu, dan masih banyak lagi. Mereka berdua masih mengingat dengan jelas masa lalu mereka.
Yang lain masih terus mengejeknya karena ia terus tersenyum seperti orang gila sedari pagi. Hanya satu orang yang masih diam dan menatap tidak suka senyuman itu. Ali. Lelaki itu melihat dengan jelas bagaimana mereka berdua terlihat akrab dan mesra tadi malam.
Sebelumnya ia merasa khawatir meninggalkan gadis itu sendirian bersama orang asing yang baru saja ditemui kemarin sore. Namun, melihat senyum dan tawa dari gadis itu, bisa ia simpulkan bahwa lelaki yang berada di rumahnya sekarang itu bukanlah sosok asing bagi gadis itu, melainkan sosok yang sudah lama ia kenal dengan baik. Dan semalam, ia memutuskan untuk tidak pulang, dan kembali ke apartemen kakaknya untuk bermalam di sana.
***
"Pulang sekolah nanti kamu pulang bareng aku."
Alin yang sibuk memasukkan buku jam pelajaran terakhir menoleh seketika. Bukan ajakan Ali yang membuatnya merasa aneh, hanya saja nada bicaranya terdengar memaksa dan dingin.
"Tidak perlu repot-repot," jawabnya sesantai mungkin. Mungkin perasaanya saja jika lelaki di sebelahnya agak aneh dari tadi. "Habis ini aku mau ke toko buku langsung."
Ali menoleh dan berusaha memaksa gadis itu untuk menurutnya. Namun, Alin terlihat menolaknya dengan tegas.
"Lagipula kamu ada latihan basket kan nanti." Ali baru saja membuka mulutnya hendak protes, tapi Alin berbicara lebih dulu. "Minggu depan kalian ada pertandingan. Jangan sampai kalah. Kalian harus workhard buat ngedapetin gelar juara yang sudah sekolah ini pertahankan selama dua tahun terakhir ini."
"Kamu sendirian ke sana?" tanya Ali memastikan kalau gadis di sebelahnya hanya ke toko buku dan tidak ke mana-mana karena janjian dengan yang lain. Yang lain ini maksudnya lelaki yang sedang ada di rumahnya.
"Alan bilang dia akan menunggu pulang sekolah nanti dan kami akan ke sana bersama."
Jawaban Alin saat ini benar-benar tidak diharapkannya. Kenapa harus lelaki itu? Seberapa dekat mereka? Apa Alin menyukai Alan?
"Seberapa dekat kamu dengan Alan?" tanya Ali to the point. Dan saat itu juga ia melihat tubuh Alin menegang ketika dirinya menyebutkan nama Alan.
"Emm... eng, anu—"
Alin mengambil ponsel yang ada di saku roknya. Ia langsung tersenyum ketika melihat apa yang tertera dilayar ponselnya. Dan Ali menebak itu adalah panggilan dari Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Rain(bow)
Fiksi Remaja[Revisi cerita setelah selesai] Hujan bisa menciptakan kenangan untuk semua orang Manis, pahit, tangis, tawa Hujan bisa membuat kita teringat Akan semua kenangan yang pernah terjadi Seolah-olah mengulang kembali momen-momen dikala itu Rind...