Preview:
"Dia selalu mendapat masalah tiap kali aku meninggalkannya denganmu. Tidak bisakah kamu tidak menambahnya masalah?"
"Tapi saya sudah katakan tadi, pak, kalo pelakunya bukan saya."
"Kita harus bicara."
"Kak, aku sudah bilang kalo aku ga bakal pulang sebelum aku menemukannya."
"Gimana kalo kalian tidak akan pernah bertemu lagi?"
"Kenapa kamu menjauhiku?"
"Jaga dirimu baik-baik. Aku akan selalu berada di sekitarmu jika kamu membutuhkanku."
"Bukankah itu..."
"Mama?"
"Akhirnya... aku menemukannya."
***
Sudah seminggu sejak kejadian di gudang sekolah. Selama itu juga Alin dan Ali tidak masuk. Ali sudah izin dengan pihak sekolah dengan alasan sakit karena ingin merawat Alin yang kini agak membaik. Gadis itu masih trauma dan memilih berdiam diri di dalam kamar Alan. Terkadang Alin masih sering berteriak ketakutan seolah ada sesuatu yang sedang mengancamnya dalam tidurnya, tapi ia sudah bisa diajak berbicara dan mulai tenang. Namun, tetap saja hal itu membuat Ali sangat khawatir hingga ia terpaksa menghubungi Naufal.
Pagi-pagi sekali Naufal sudah datang ke rumah Ali. Alan yang saat itu tidak ada di rumah karena semalam ia menginap di rumah temannya untuk mengerjakan tugas. Alin yang selama seminggu ini tidak pernah keluar kamar kini keluar dan terkejut melihat kakaknya berada di rumah Ali. Ali sendiri juga terkejut melihat Alin yang keluar kamar pagi ini. Seperti melihat keajaiban mengingat gadis itu kadang terlihat enggan turun dari ranjang karena masih merasa takut.
"Kamu kenapa?" tanya Ali.
Ia melirik Ali sebentar,"aku haus." Lalu menatap Naufal. "Kakak ngapain disini?" Merasa heran melihat kakaknya ada di rumah Ali.
Naufal yang ikut menatap Alin pun menajawab. "Ali bilang kamu sakit, jadi aku jemput. Kita akan kembali ke rumah mama."
Mendengar kata sakit dan rumah mama membuat kening Alin mengerut tidak senang.
"Kamu bilang gitu ke kakakku?" tanyanya pada Ali dengan nada menuduh seolah-olah lelaki itu sudah memfitnahnya. "Aku tidak sakit dan aku ga mau pulang ke tempat mama," putusnya dan langsung beranjak ke dapur.
Naufal menatap punggung Alin nanar. Selalu begini setiap kali ia ingin mengajak Alin pulang dengan alasan sakit. Dan gadis itu selalu menolak seolah-olah ia baik dan sehat. Sesungguhnya ia tidak setuju saat Alin memutuskan untuk menetap di Jakarta sendirian. Ia tidak baik-baik saja. Gadis itu terus saja memaksakan diri. Naufal hanya bisa berharap secepatnya Alin menyelesaikan urusannya disini dan ia bisa segera membawa Alin ke London untuk berkumpul bersama keluarganya yang sekarang.
Kini mata Naufal beralih pada Ali yang masih menatap dapur tempat Alin menghilang.
"Dia selalu mendapat masalah tiap kali aku meninggalkannya denganmu. Tidak bisakah kamu tidak menambahnya masalah? Alin tidak sekuat itu untuk kamu sakiti," ujar Naufal kesal.
"Tapi saya sudah katakan tadi, pak, kalo pelakunya bukan saya. Saya tidak pernah punya niat sedikit pun untuk menyakitinya," elaknya.
Naufal menghela napas lelah. Jika seperti ini terus ia tidak bisa membiarkan Alin berlama-lama di Jakarta. Harus ada orangtua mereka yang menemani dan mengawasi gadis itu. Begitu gadis itu keluar dari dapur, Naufal langsung menghampirinya dan menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Rain(bow)
Teen Fiction[Revisi cerita setelah selesai] Hujan bisa menciptakan kenangan untuk semua orang Manis, pahit, tangis, tawa Hujan bisa membuat kita teringat Akan semua kenangan yang pernah terjadi Seolah-olah mengulang kembali momen-momen dikala itu Rind...