BAB 26

389 24 0
                                    



Naufal berusaha berkosentrasi pada pertemuannya dengan salah satu investor yang akan bekerja sama dengan perusahaan papanya di sebuah restoran mewah. Seharusnya yang menghadiri pertemuan kecil ini adalah Bagas, kakak sulung mereka. Namun, lelaki itu tiba-tiba saja seenaknya menyuruh dirinya menghadiri pertemuannya dengan alasan dia sendiri harus mengerti mengenai perusahaan papa mereka. Sebenarnya ia tidak tertarik dengan dunia bisnis seperti ini. Ia lebih memilih menjadi guru di sekolah Alin ketimbang menghadapi para pengusaha-pengusaha kaya yang selalu bersaing dan bersembunyi di balik topeng mereka demi mencari uang.

Namun, yang membuat pikirannya buyar adalah tentang Alin dan lelaki yang bersama gadis itu tadi pagi. Perasaanya tidak enak ketika melihat lelaki itu, dan sekarang ia begitu khawatir tentang Alin.

Begitu pertemuan kecil itu selesai, Naufal langsung bangkit dan melangkah keluar restoran. Entah apa yang membuatnya ingin melihat ke meja pojok dekat jendela. Disana ia melihat lelaki yang sepertinya ia kenal sedang berpelukan erat dengan perempuan. Ia menggeram marah ketika menyadari lelaki itu adalah Ali dan sekarang mereka sedang berciuman di tempat seperti ini. Apa mereka sudah gila?

Sialan!

Dengan langkah besar dan penuh emosi, Naufal menarik Ali dari perempuan yang tidak dikenalnya, dan meninju wajah Ali kuat hingga lelaki itu jatuh ke lantai. Ia tidak peduli dengan suara pekikan dari perempuan yang berciuman dengan lelaki itu tadi. Ali yang terkejut hanya bisa pasrah, apalagi ketika ia melihat bahwa yang meninjunya adalah Naufal.

Naufal merasa tidak puas meninju Ali sekali, ia mengangkat kerah kemeja Ali dan kembali meninjunya.

Suasana di restoran berubah riuh dan heboh. Alin yang baru keluar dari toilet langsung berteriak panik dan menerobos kerumunan. Beberapa pelayan, bahkan manajer restoran menghampiri mereka untuk melerai mereka. Alin menari lengan Naufal dan menjauhkannya dari Ali.

"Kak, hentikan!" bentak Alin pada kakaknya sepertinya ingin memukul Ali lagi. Ia kesal karena mereka sudah membuat keributan di tempat umum, apalagi di negeri orang. Ia melirik sekilas Ali yang sudah babak belur. Ingin sekali ia menghampirinya, namun Naufal menahannya. Dan sepertinya Ali sudah mendapat perawat baru yang akan mengobati lukanya.

Alin berusaha menajamkan penglihatannya. Bukankah perempuan itu Vita?

"Ayo kita pulang."

Belum sempat Alin berkata-kata, Naufal sudah menarik tangan Alin kasar dan melangkah cepat. Sambil meringis karena perlakuan Naufal yang sedikit kasar, Alin sempat menoleh untuk melihat Ali yang sedang menatapnya dengan pandangan tidak bisa ia baca. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuang muka dan setengah berlari mengikuti Naufal.

***

Ali terdiam melihat kepergian Alin. Ia bingung antara ingin mengejarnya atau membiarkannya. Setelah berpikir sebentar, ia pun meletakkan beberapa lembar uang di atas meja dan segera mengejar Alin.

Dibelakangnya, Vita ikut mengejar Ali, namun seorang pelayan menghalanginya karena ia belum membayar makanannya. Ia pun melakukan hal yang sama dengan Ali tadi dan kembali mengejar lelaki itu.

"Ali tunggu..." kata Vita sambil terengah-engah karena harus berlari mengejar Ali menggunakan hak tinggi.

Mobil yang dikendarai Naufal sudah melesat pergi ketika mereka sudah sampai di luar restoran. Ali ingin sekali mengejar Alin, namun lagi-lagi Vita menghalanginya. Ia pun membalikkan badannya menghadap Vita dengan emosi yang ia tahan agar tidak meledak saat itu juga.

"Kok kamu ninggalin aku?" rengeknya manja.

"Apa yang lo lakuin tadi?" tanya Ali dingin sambil menatap tajam Vita.

Remember Rain(bow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang