Hai hai hai, welcome 2017 (udah telat 2 minggu)
Maaf baru update. Ini aja nyempetin bgt buat nulis ceritanya. Hehehe
Oya, krn kmrn aku baru ultah (Eeaa, ngode bgt pengen dikasih kado), jadinya aku up banyak deh minggu ini.
Makasih yg udah mau baca+ vomment ceritaku. Semoga kalian suka. Maaf ya kalo ceritanya rada2 gaje. Hihihii...
***
Keesokan harinya, Ali jadi sedikit lebih pendiam dibanding biasanya. Tiap pagi ia selalu menyapa Alin atau menggodanya, mengganggunya saat pelajaran, menyeretnya ke kantin, merangkulnya, atau hal-hal lain yang membuat mereka terlihat mesra. Dan Alin merasa bersyukur karena hari ini Ali sama sekali tidak menyentuhnya sedikitpun. Namun, itu malah membuatnya khawatir. Setelah ia pikir-pikir, semalam ia merasa sangat keterlaluan karena langsung mengusirnya begitu saja. Padahal lelaki itu sudah rela datang ke rumahnya hanya sekedar melihat keadaannya.
Alin mendesah pelan. Jam pelajaran terakhir baru saja dimulai. Biasanya kelas ini memang terasa lebih dingin jika pelajaran fisika dimulai. Ia sendiri kadang bingung kenapa hal ini selalu terjadi tiap pelajaran itu. Apa mungkin itu efek dari Pak Alfa atau pelajaran itu sendiri.
Angin perlahan masuk dari balik jendela yang sengaja ia buka dari tadi. Bunyi rintik hujan di sebelahnya menggodanya untuk melihat keluar jendela. Angin yang membawa kelembapan menyeruak masuk ke ruangan. Hujan lagi, batinnya.
Lelaki di sebelahnya masih fokus ke buku catatan fisikanya sambil menulis sesuatu di sana. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan mata mereka bertemu. Biasanya Alin merasa biasa saja, tapi kali ini ia merasa gugup. Seperti ada aliran yang tak kasat mata yang mengalir dari pandangan Ali membuatnya merasakan ada sesuatu yang datang ke dalam dirinya.
Alin baru saja ingin membuka mulutnya, namun Ali hanya menelengkan kepalanya ke depan kelas. Gadis itu mengernyit bingung sama sekali tidak mengerti maksud Ali. Sekali lagi lelaki itu memberi kode padanya. Baru saja Alin ingin bertanya maksudnya apa, seseorang memanggil namanya.
"ALINDA NATASHA."
Suara bariton dan keras itu membuat Alin tersadar dan langsung menghadap depan dimana Pak Alfa sedang memperhatikan dirinya dengan tatapan kesal dan menahan amarah.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya beliau.
Alin merasa gugup dan takut. Ia tidak sadar kalau sedari tadi melamun.
"Pssttt..." Alin menoleh ke samping. "Maju," kata Ali pelan.
"Eh?" Alin terlihat kebingungan, namun ia tetap bangkit dari kursinya dan maju ke depan.
"Ini," kata Pak Alfa sambil menyodorkan selembar kertas. Alin ingin mengambilnya, tapi kertas itu sudah lebih dulu terbang menghantam kepalanya. Pak Alfa barusan memukulnya dengan lembar jawaban kuisnya. Seisi kelas langsung tertawa melihatnya.
"Jangan kebanyakan melamun di kelas," ingat beliau. Ia kembali menyodorkan kertas itu ke Alin. "Ini, nilaimu sudah ada peningkatan. Pertahankan."
Alin hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Ia pun kembali ke tempat duduknya sambil menundukkan wajahnya. Ia malu karena diperlakukan dan ditertawakan seperti itu di dalam kelas. Yang ia harapkan saat ini adalah menghilang dari permukaan bumi.
***
"Hei... hei... Bangun..."
Sudah berkali-kali Ali membangunkan Alin. Walau ia sudah menggoyangkan badannya, namun gadis itu tak bergeming sedikit pun. Jangan tanya mengapa gadis ini bisa berakhir di tempat ini. Padahal dari tadi pagi ia terlihat baik-baik saja. Tapi, setelah ia mengambil lembar jawaban fisika, ia langsung pingsan. Segitu bahayanya fisika baginya? Untung saja gadis ini pingsan saat hampir mencapai bangkunya, jadinya ia bisa langsung menangkap tubuh mungil itu dengan cepat sebelum menyentuh lantai kelas yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Rain(bow)
Teen Fiction[Revisi cerita setelah selesai] Hujan bisa menciptakan kenangan untuk semua orang Manis, pahit, tangis, tawa Hujan bisa membuat kita teringat Akan semua kenangan yang pernah terjadi Seolah-olah mengulang kembali momen-momen dikala itu Rind...