BAB 18

421 19 0
                                    


Aku hanya ingin ada "kita" saat berdua. Kuharap kamu memahaminya.

***

Hujan masih terus mengguyuri kota Jakarta sejak pukul delapan pagi tadi. Padahal, sebelumnya langit terlihat cerah dan tidak menandakan akan turun hujan. Alin menatap langit malas. Padahal ia sudah berada di Ancol dan ingin bersenang-senang di Dufan. Alhasil, terjebaklah mereka di salah satu mall. Ali mengusulkan untuk menonton saja supaya Alin tidak kecewa.

"Padahal, aku pengennya main di luar," lirihnya.

Ali hanya mendesah pelan sambil menggeleng pelan. Lagipula di luar hujan, mau bagaimana lagi.

"Kamu duduk aja dulu di sana, biar aku yang antre beli tiket sama makanannya," ucap Ali dan Alin menurut. Ia duduk di salah satu kursi yang dekat dengan pintu masuk studio.

Sambil menunggu Ali, Alin memainkan ponselnya dan membuka berbagai macam medsos, mulai dari Instagram, whatsapp sampai Line. Pemberitahuan yang tertera di ponselnya mencapai 9999+ karena sedari kemarin ia tidak membuka apa pun. Kebanyakan dari grup chat yang isinya membahas pelajaran dan keadaannya. Selebihnya, tidak penting. Kemudian, ia menscroll lagi dan terhenti di satu chat dari Alan. Ia pun membukanya dengan menahan rasa bergejolak di dadanya.

Alan N Bramasta : Alinn...

Alan N Bramasta : Lin?

Alan N Bramasta : Aku dengar dari Ali katanya kamu sakit?

Alan N Bramasta : Sakit apa?

Alan N Bramasta : Alin?

Alan N Bramasta : Masih sakit?

Alan N Bramasta : Cepat sembuh ya J

Alin tersenyum membacanya. Ternyata, lelaki itu masih memerhatikannya. Ia merasa segar kembali. Dengan cepat ia membalas chat Alan.

Alinda N F : Ok. Makasih, Lan 😊 😃

"Lin."

Alin mendongak dan melihat Ali sedang memberinya segelas milo dan popcorn. Ia pun menerimanya dengan senang hati.

"Oh, makasih."

Ali duduk di sebelahnya dan meminum minumannya. Ia menoleh dan Alin kembali sibuk dengan ponselnya. Ia pun mencoba mengintip karena penasaran, tapi gadis itu keburu sadar dan langsung menjauhkan ponselnya dari Ali.

"Apaan, sih! Kepo..."

Ali menatap gadis itu cemberut. Melihat hal itu Alin pun tertawa. Baru kali ini ia melihat Ali cemberut dan wajahnya sangat imut.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" tanya Ali galak dan malah membuat Alin semakin tertawa. Gadis itu baru tahu kalau lelaki ini bisa juga bertingkah kekanakan.

"Kamu lucu," jawab Alin setelah ia menghentikan tawanya.

Bukannya marah, Ali malah tersenyum membuatnya semakin manis. Ia pun mencubit pipi Alin karena merasa gemas.

"Salah kamu sendiri karena sudah mengabaikan orang ganteng ini," kata Ali.

"Aaaaahhh... Shakhiitt," teriak Alin. Tapi Ali malah tidak melepaskannya. Alin tidak bisa melepaskan tangan Ali dari pipinya karena kedua tangannya penuh memegang popcorn dan minuman.

"Janji jangan mengabaikanku, ok?"

Alin mengangguk. Setelah itu barulah Ali melepas tangannya dari pipi Alin.

Remember Rain(bow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang