Backsong : Better man – James Morrison
Alan melangkah kakinya masuk ke dapur. Ia haus. Tidak peduli dengan bajunya yang basah. Hanya saja ia ingin mandi hujan tadi. Cukup itu saja. Tapi, mengingat kejadian tadi sore saat Alin menolaknya untuk memegang tangannya, membuat Alan menyadari sesuatu. Alinnya bukan Alin yang dulu. Sekarang ia milik Ali.
"Baru pulang?"
Pertanyaan itu menginterupsi pikirannya. Orang yang tidak ia harapkan muncul dan bertanya padanya. Ia berbalik dan melihat malas ke arah Ali sedang bersandar di dekat pintu masuk dapur.
"Yup," jawabnya singkat. Ia menuangkan air ke gelas yang ada di meja makan.
"Hujan-hujan gini?" tanya Ali tidak percaya. Ada nada tidak suka dari pertanyaannya.
Alan meletakkan gelasnya ke atas meja dan kembali melihat Ali. Ah, ia tahu siapa yang sedang dikhawatirkan lelaki itu.
"Iya," jawabnya singkat. Ia berjalan ke kamarnya melewati Ali begitu saja, lalu melengos pergi.
Tadi ia sempat melihat wajah Ali berubah kesal saat mendengar jawabannya. Ia tahu apa yang sedang dikhawatirkan Ali, dan ia pun sama khawatirnya. Ia nekat mengajaknya pulang hujan-hujan begini. Tidak, mereka tidak pulang naik motor yang di bawa Alan. Mereka pulang menggunakan taksi. Perempuan itu pasti tahu kalau Ali sedang mengkhawatirinya.
Alan masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamar dengan setengah membanting. Sial, ia terlalu terbawa emosi. Ia duduk di ranjangnya. Sebuah pemberitahuan masuk ke dalam ponselnya. Ia pun merogoh kantongnya dan mengambil ponsel. Membaca chat yang masuk.
Alinda N : Udah di rumah?
Alinda N : Jangan lupa mandi terus ganti baju biar ga sakit. Tadi kamu kehujanan.
Ia pun tersenyum membacanya. Tidak rugi ia hujan-hujan begini jika gadis itu memperhatikannya. Ponselnya kembali berbunyi tanda ada chat yang masuk lagi.
Alinda N : Yang tadi itu... Maaf...
Alinda N : ... dan terima kasih.
***
Alin berjalan menuju belajarnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia baru selesai mandi. Ia mengambil ponselnya dan mengecek apakah ada chat yang masuk.
Kosong...
Alan belum membalas chat terakhirnya. Ia meletakkan kembali ponselnya ke meja sambil menatap benda itu nanar. Mungkin Alan sedang berbenah diri. Atau dia sudah tidur. Ketika ia sibuk dengan pikirannya sendiri, bel rumahnya berbunyi. Alin diam sejenak. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Apakah itu Alan?
Ting tong
Bel rumah kembali berbunyi. Alin pun memutuskan untuk membuka pintu. Dan ketika Alin pergi, ponselnya berbunyi panggilan masuk dari Alan.
***
"Hai, Alin."
Alin menyerngit bingung ketika melihat Ali yang sedang berdiri di depan pintunya, menyapa dan memberinya senyuman. Sedang apa dia di sini?
"Oya, aku mau ngasih ini ke kamu."
Dia membuka isi tasnya dan mengambil sebuah buku catatan. Alin menerimanya yang ternyata itu adalah buku catatannya yang tertinggal di kelas. Ia kembali melihat Ali. Bukannya langsung pergi, ia malah masih tidak bergeming seolah menunggu sesuatu.
"Udah?" tanya Alin memastikan. "Kamu kesini cuman mau ngasih ini doang ke aku?" Ali mengangguk ragu.
"Besok kan bisa di sekolah, Ali. Kamu ga perlu repot-repot ke rumahku cuman buat ngasih ini doang," ocehnya. Ia tidak ingin merepotkan Ali sampai segitunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Rain(bow)
Teen Fiction[Revisi cerita setelah selesai] Hujan bisa menciptakan kenangan untuk semua orang Manis, pahit, tangis, tawa Hujan bisa membuat kita teringat Akan semua kenangan yang pernah terjadi Seolah-olah mengulang kembali momen-momen dikala itu Rind...