BAB 19

393 21 0
                                    


Lagi baik hati, ramah tamah, dan tidak sombong. Jadi saya update.

Silakan dibaca :))

***

Gadis itu sedang duduk dengan muka cemberut. Ia menopang kepalanya dengan tangan kiri dan tangan kanannya memilin-milin serbet yang ada di meja makan. Matanya menatap piring-piring yang sebagian sudah berisi makanan dengan malas.

Sekarang mereka sudah berada di rumah Ali. Tadi cowok itu bilang akan mengajaknya ke tempat makan yang enak. Ia sempat memikirkan bahwa mereka akan makan di tempat mewah karena tidak jadi makan di restoran Jepang yang ia inginkan. Tapi, siapa sangka bahwa dia akan diajak ke rumah cowok itu. Jangan salahkan dirinya kalo dia sempat berekspetasi tinggi akan makan siang romantis di restoran mewah atau tempat romantis lain seperti pinggir pantai.

Ali sedang sibuk menata makanan di meja makan. Setelah selesai menyiapkan makanan, ia pun pergi ke kamarnya untuk mengambil sesuatu. Ia sempat melirik gadis yang sedang duduk di meja makan sambil berusaha menahan tawanya. Kalau boleh jujur, gadis itu kelihatan lucu jika sedang cemberut seperti itu.

Alin merasa pandangannya gelap. Laki-laki itu sedang menutup matanya dengan kain.

"Aku pengen kasih kejutan," bisik Ali. Ia menepuk pelan kepala Alin, setelah itu Alin merasa tempat itu kembali sepi. Lelaki itu kembali menghilang dari dapur.

Entah berapa lama Alin menunggu kejutan itu, sampai ia merasakan tangan Ali sudah berada di pundaknya. Kain yang menutupi matanya mulai terlepas. Ali memberi aba-aba agar gadis itu membuka matanya pada hitungan ketiga.

Hal yang pertama yang ia lihat adalah lilin yang menyala di atas meja makan dengan piring-piring makanan di sekelilingnya. Ali duduk di depannya dengan memasang senyum manis seolah-olah ia berhasil menyiapkan kejutan yang romantis untuk Alin.

"Gimana?"

Alin mengangkat kedua alisnya bertanya. "Maksudnya?"

Lelaki di depannya menatapnya gemas. Perempuan itu sama sekali tidak bisa memberikan respon yang bagus untuknya yang dengan susah payah menyiapkan segalanya dalam waktu yang singkat.

"Kalo cuma makan pake lilin doang mah udah biasa kali. Ini kita malah dikira kayak ga ada listrik," kata Alin polos.

Jujur, ingin sekali Ali mencubit kedua pipi Alin saat ini juga jika tidak ada meja yang menghalangi mereka. Ia sudah menduga Alin akan mengatakan hal tersebut.

"Coba liat sekelilingmu."

Dan saat itu juga Alin baru menyadari betapa romantisnya Ali. Ada balon yang menghiasi ruangan di sekitarnya. Dan juga balon bertuliskan "I ❤ U" di tempel di dinding ruangan. Bunga mawar juga menghiasi meja dan sekitarnya membuatnya terpukau.

Alin tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Hanya menatap Ali tidak percaya, sedangkan lelaki di depannya tersenyum manis.

"Bagaimana bisa?"

Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa menyiapkan ini semua dengan cepat padahal mereka tadi terus bersama. Lagipula, rencana pergi jalan-jalan tadi pagi itu dadakan tanpa direncanakan.

"Ini semua berkat kakak juga."

Anin muncul dari pintu dapur senyum bangga bersama Tomi yang hanya tertawa kecil melihat Alin yang malu-malu melihat kemunculan mereka. Mereka berjalan mendekat dan memberikan kotak kecil berukuran 10x10 yang diterima Alin dengan pandangan bingung.

"Selamat ulang tahun, Alin!"

Barulah ia menyadari semuanya. Tak lama, teman-temannya yang lain langsung menyerbu ke dapur membawa kue ulang tahun sambil menyanyikan lagu Happy birthday. Alin speechless. Tanpa sadar ia meneteskan air matanya. Pantas saja semuanya terasa sepi. Mereka semua benar-benar mempersiapkan segalanya dengan baik. Ini adalah kejutan terbaiknya yang pernah ia dapatkan.

Remember Rain(bow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang