"Aku cinta sama kamu, Li."
'Bukk' Alin membanting bukunya dengan kesal. Ia memandang keduanya dengan tatapan benci.
Ali yang mendengar bunyi tersebut terkejut melihat Alin yang ternyata sudah berdiri di depannya. Ia melepas tangan Lita yang melingkari pinggangnya dengan kasar dan menyusul Alin yang sudah berlari jauh meninggalkan mereka.
"Ali... tunggu," teriak Lita, tapi ia tidak peduli. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah Alin.
"Alin," panggil Ali. Kini giliran dirinya yang tidak dipedulikan Alin.
Alin terus berlari ke arah tempat parkir. Ia menyapu pandangannya ke segela arah mencari seseorang yang bisa menolongnya. Ia melihat lelaki yang ia tabrak tadi masuk ke dalam sebuah mobil.
'Tok tok tok' Alin mengetuk kaca mobil dan minta izin untuk masuk kedalam mobilnya.
"Alin," Naufal melihat Alin bingung setelah dia masuk ke dalam mobil dengan terburu-buru.
"Kak, cepat nyalakan mobilnya," Alin berusaha mengatur nafasnya, melepaskan kacamatanya yang sedikit berembun. "Kita pergi sekarang." Perintah Alin cepat.
"Tadi kamu nolak ajakan kakak. Sekarang malah maksa ngajak pergi," sindir Naufal.
"Penjelasannya panjang," Alin melihat Ali mulai mendekat kearah mereka. "Buruaaaan."
Naufal yang mengerti langsung menancapkan gas dan pergi meninggalkan sekolah.
***
Sementara itu, Ali hanya bisa memandangi kepergian Alin. Mobil yang dinaiki Alin sudah pergi jauh. Sangat tidak mungkin ia bisa menyusulnya. Alin pasti tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia menghubungi ponsel Alin, tapi tidak diangkat. Panggilan selanjutnya nomornya langsung tidak aktif. Alin pasti sengaja melakukannya. Ia mengusap wajahnya frustasi.
"Ali," panggil Lita pelan.
Ali hanya bergeming. Lita perlahan mendekat dan menyentuh tangan Ali dan langsung ditepisnya kasar. Lita terkejut melihat reaksinya. Ali merasa sangat muak dengan tingkah Lita.
"LO-JANGAN-PERNAH-GANGGU-HIDUP-GUE-LAGI!" Ia menunjuk Lita tepat di wajahnya dengan penekanan pada setiap katanya untuk memberinya peringatan.
Lita menunduk takut. Ia sama sekali tidak berani menatap wajah Ali yang seperti ingin memakannya hidup-hidup saat ini.
Ali baru saja ingin berbalik. "Kenapa perempuan itu harus Alin? Kenapa? Dia gak pantas buat kamu. Hikss..." Tangis Lita kembali pecah.
"Jangan pernah lo sentuh Alin!" bentak Ali. "Dan satu lagi..." Ali berusaha mengatur emosinya sudah meletup-letup. "Lo lebih ga ada apa-apanya dibanding Alin. Jadi, jangan pernah merasa lo itu lebih pantas. Karena Alin lebih berharga dalam hidup gue." Katanya dingin lalu pergi meninggalkan Lita begitu saja yang masih menangis di lapangan parkir.
***
Suara dentuman musik begitu memekakkan telinga ketika mereka masuk ke dalam club. Alin bahkan harus menutupi telinganya kalo tidak mau menjadi tuli. Dalam hati dia berniat sepulangnya dari sini ia akan menyempatkan diri untuk ke THT.
"Kak, kok malah ngajakin Alin ke tempat yang beginian? Alin kan masih dibawah umur," teriak Alin dengan wajah polos. Untung saja dia sudah mengganti seragamnya. Ia mengenakan baju lengan pendek dengan dibalut cardigan hitam metalic, serta jeans putih panjang. Ia tidak suka mengenakan pakaian yang terbuka dan terlalu menampakkan kulit. Dan Naufal tau itu. Kacamatanya sudah dilepasnya supaya tidak ada yang mengenalnya. Make up natural membuatnya terlihat cantik alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Rain(bow)
Teen Fiction[Revisi cerita setelah selesai] Hujan bisa menciptakan kenangan untuk semua orang Manis, pahit, tangis, tawa Hujan bisa membuat kita teringat Akan semua kenangan yang pernah terjadi Seolah-olah mengulang kembali momen-momen dikala itu Rind...