Tuhan, ini tak lagi hanya tentang cinta mau pun hatiku. Logika dan otakku mulai berfungsi sebagaimana mestinya. Cinta dan hati ini nampaknya masih sama, Tuhan. Masih membisikkan nama yang sama seperti hari sebelumnya. Tapi, logikaku seakaan tiba-tiba menunjukkan kenyataan yang ada. Meneriakkan pertanyaan-pertanyaan yang hanya terus bergema, tak mampu ku temukan jawaban pastinya.
Aku terjebak, Tuhan. Bersama bias masalalu dan godaan menuju masadepan yang tampak masih kelabu. Aku terjebak, Tuhan. Di antara bisikan hati dan paksaan ego yang terus saling meneriaki. Aku terjebak, Tuhan. Sungguh tak ingin berdiam diri, namun tak mampu melangkah pergi.
Tuhan, akankah jalan mudah yang kupilih kelak membawaku dalam duka tiada terperi? Tuhan, akankah jalan sulit yang seharusnya kuhadapi kelak hadirkan tawa dalam kebahagiaan abadi? Tuhan, kurasa aku memang terjebak. Aku terhenti di persimpangan gelap yang Kau tunjukkan padaku. Aku dilema menanti takdir yang Kau siapkan untukku di setiap ujung jalan yang berliku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Tanpa Nama
Non-FictionAkankah kelak kau baca suratku? Mungkin aku terlalu banyak berharap. Bukankah sudahku katakan, kamu yang ku maksud mungkin bukanlah kamu. Aku yang kau kira, tak pasti adalah aku.