Teruntuk dua orang yang tiba-tiba mengisi hariku dan perlahan menyentuh hatiku.
Jika nanti kalian melihat ini, aku tau kalian pasti akan menyadari untuk siapa surat ini kutulis. Kalian. Ya, kalian, dengan semua tawa dan airmata yang kalian tawarkan. Dengan suka dan duka masalalu yang kalian bawa. Menyeretku masuk dalam lingkaran yang telah kalian miliki sejak lama.
Aku. Juga dengan tawa dan airmata yang kumiliki. Juga dengan suka dan duka masalalu yang kusimpan. Memaksa kalian masul dalam ruang kelabu di hatiku.
Kita. Dengan semua kisah kelam juga penuh warna yang tertutup rapat di hati. Dengan hubungan rumit yang entah harus disebut apa. Saling melindungi hati. Saling mendustakan rasa.
Waktu berlalu. Hari berganti. Entah apa makna di balik debaran jantung ini yang kerap kali tak menentu. Entah karena apa pilu sering terasa di hati. Entah untuk siapa senyum terus menghiasi hari.
Hubungan ini semakin rumit. Tak jelas haluannya kemana. Tak pasti nahkodanya siapa.
Ada kamu yang memulai semua kisah rumit ini. Ada kamu juga yang ikut terbawa dalam arus tak jelas arah antara kami. Ada pula aku yang tanpa sadar mulai membuka hati.
Kita tahu pasti siapa yang memulai semua ini. Dia tentunya tahu pasti kenapa memulai semua ini. Hanya saja mungkin tak terpikir olehnya kalau semua ini mulai mempengaruhi hatiku. Juga pikiranku. Entah bagaimana dengan kalian berdua.
Kini, tak lagi bisa kita tahu siapa yang kelak mampu mengakhiri semua kerumitan ini. Tak bisa kita prediksi bagaimana hubungan ini nantinya.
Mungkin aku jatuhcinta dengan satu di antara kalian. Mungkin salah satu dari kalian pun miliki rasa yang sama sepertiku. Mungkin kita menjadi teman tak terpisahkan. Tapi juga mungkin aku kembali menjadi orang yang seakan tak pernah memasuki lingkaran kalian.
Jika kalian tanya aku, apa inginku? Aku pasti menjawab ingin terus mengenal kalian, bukan hanya mengenang. Izinkan aku untuk terus menjadi bagian dalam lingkaran yang kalian ciptakan. Dalam ikatan yang kalian miliki.
Sebelum terlambat. Sebelum tak lagi bisa bertegur sapa. Aku ingin mengucap terimakasih untuk segala hal yang tak mampu kuungkapkan. Untuk waktu yang telah, sedang, atau akan kita lalui bersama. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Tanpa Nama
No FicciónAkankah kelak kau baca suratku? Mungkin aku terlalu banyak berharap. Bukankah sudahku katakan, kamu yang ku maksud mungkin bukanlah kamu. Aku yang kau kira, tak pasti adalah aku.