Aku menyesal. Sangat.
Untuk apa pula saat itu kutuliskan tentangmu.
Kisahmu. Rinduku akan hadirmu.
Aku menyesal. Sangat.
Atas alasan apa pula tadi kubaca ulang semua itu.
Hanya mengukir rindu yang telah lama kurasa hilang.
Hanya mengulas masa lalu yang kucoba usir pergi.
Air mata ingin menetes.
Entah karena alasan apa.
Masih adakah rasa yang sama seperti dulu dalam hatiku untukmu?
Aku tak pernah berkeras melupakanmu.
Kamu tentu tak tahu. Dan tak akan mau tahu, begitu pikirku selalu.
Tapi, waktu yang memangkas kenangan tentangmu.
Aku memang tak lagi dengan sengaja mengingat masa bersamamu.
Aku ingin menangis.
Tapi, rasanya tak pantas.
Bolehkah aku sekali saja berharap agar kamu sekali saja meneteskan air matamu untukku di masa kinimu?
Bolehkah aku sekali lagi saja berharap, ada secercah rindu tentangku menghantui mimpi malammu?
Bekasi, 12 Februari 2018
14.36
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Tanpa Nama
Non-FictionAkankah kelak kau baca suratku? Mungkin aku terlalu banyak berharap. Bukankah sudahku katakan, kamu yang ku maksud mungkin bukanlah kamu. Aku yang kau kira, tak pasti adalah aku.