Untuk lelaki luar biasa yang --saya pikir-- mencintai saya dengan hebatnya.
Saya tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa. Kamu sungguh membuat saya merasa istimewa dan diistimewakan. Kamu sungguh membuat saya merasa berarti dan dianggap berarti.
Saya tidak tahu bagaimana dengan perempuan lain. Saya tidak tahu apa yang perempuan lain akan rasakan jika berada di posisi saya. Tapi bagi saya, kamu sudah jauh melebihi ekspektasi saya. Kamu sudah jauh melampaui angan saya tentang lelaki idaman.
Saya tidak tahu, sungguh. Juga tidak mau tahu tentang bagaimana kamu di mata perempuan lain. Bagi saya yang utama adalah bagaimana kamu di hati saya.
Kamu rupawan kata beberapa dari mereka. Tapi jujur saja, bagi saya, kamu biasa saja.
Kamu penuh perhatian kata sebagian dari mereka. Tapi jujur saja, bagi saya, kamu sering kali penuh ketidakpedulian.
Kamu lelaki manja kata segelintir dari mereka. Tapi jujur saja, bagi saya, kamulah yang telah memanjakan saya.
Kamu mengerti, bukan?
Apa kata mereka tak melulu sama dengan apa yang saya rasakan. Meski pun juga apa yang saya pikirkan tak mesti berbeda dengan apa yang mereka bayangkan.
Kalau kamu tak mengerti, tak apa. Saya sudah biasa tak kamu pahami.
Sebentar lagi hari besarmu. Saya harus apa? Saya perempuan yang otaknya penuh dengan hayalan tingkat tinggi, penuh dengan imajinasi tanpa batas. Tapi kamu juga tahu, saya si perempuan malas yang sering kali ogah-ogahan untuk mewujudkan apa yang saya canangkan.
Saya panjatkan doa saja, ya? Haha. Doa untuk kesejahteraanmu. Haha. Egoisnya diri ini.
Kamu tentu sudah tahu betapa menjijikkannya saya, bukan? Betapa tak tahu malunya saya. Betapa tak mau ruginya saya.
Bahkan untuk hari besarmu saja, doa yang saya panjatkan tak lepas dari demi diri saya sendiri. Bodoh.
Apa pun doa yang saya pinta pada Tuhan untuk kamu, pada hakikatnya adalah doa untuk diri saya sendiri, bukan?
Sudahlah. Ini mulai terlalu rumit. Kamu mungkin tak akan mengerti. Kamu bahkan tak akan mencoba mengerti. Saya tahu kamu.
Saya cuma mau bilang, saya bersyukur memiliki kamu di hidup saya. Saya berterima kasih karena sampai hari ini kamu masih memilih saya jadi bagian besar dalam hidup kamu.
Saya mencintai kamu, dan saya yakin, kamu pun masih menyimpan rasa yang sama untuk saya.
Untuk lelaki pemilik 15 Juni
di hidup saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Tanpa Nama
Non-FictionAkankah kelak kau baca suratku? Mungkin aku terlalu banyak berharap. Bukankah sudahku katakan, kamu yang ku maksud mungkin bukanlah kamu. Aku yang kau kira, tak pasti adalah aku.