10.01
Aku masih menyimpan rindu yang sama seperti dahulu. Aku masih menyimpan rasa yang sama seperti dahulu. Aku masih memimpikan hal yang sama seperti dahulu.
Seperti saat aku dan kamu masih kusebut kita. Seperti saat aku dan kamu masih saling menatap dalam. Seperti saat aku dan kamu berjanji untuk kembali, bahkan jika takdir memaksa berpisah.
Haruskah kukutuk kembali takdir yang kejam ini? Haruskah kumaki kembali Tuhan dan segala rahasia-Nya? Haruskah aku mengemis pada-Nya untuk mengembalikan waktu kembali ke saat aku dan kamu sedang bahagia-bahagianya?
Tidak, bukan? Aku merelakan waktu yang telah berlalu. Aku merelakan garis nasib bebas membawaku kemana. Aku merelakan rasaku terpendam tanpa harus kamu tahu lagi.
Kamu, tahu? Bahkan jika waktu kelak mampu berputar ulang, aku tak ingin merubah apa pun. Tidak sedikit pun.
Aku tetap ingin bertemu denganmu di bawah pohon besar di depan pagar kampus itu. Aku tetap ingin berikrar janji di danau kecil itu. Aku tetap ingin berkata 'iya' saat kamu memintaku menjadi milikmu. Aku tetap akan memilih berpisah meski hati merengek untuk bersama.
Aku menikmati setiap detik kebersamaan antara aku dan kamu saat itu. Aku menikmati masa bahagiaku menjadi si nomor satu di hatimu. Aku menikmati perpisahan yang selalu kutangisi. Aku menikmati merindukanmu hari ini.
Aku tak akan jadi aku yang seperti hari ini, tanpa segala keputusan yang kubuat di masa itu. Aku tak akan merindukanmu sedalam ini, tanpa perpisahan yang kubuat di masa itu. Aku tak akan mengenangmu selarut ini, tanpa penolakan yang kamu buat saat aku memintamu kembali di masa itu.
Aku bahagia pernah mengenalmu. Aku bersyukur atas waktu yang berlalu. Aku tahu, kamu pun kini tengah bahagia dengan takdirmu, dengan wanita bersuara merdu itu yang mengisi hatimu hari ini.
Adakah sedikit rindu untukku dalam hatimu? Bahkan jika tidak, aku akan tetap merindumu.
Kamu, dan segala rasa tentangmu akan tetap memiliki ruang sendiri di hatiku ,percayalah. Aku pernah mencintaimu, satu kali. Kini, aku merindukanmu, berulang kali.
Jika kelak, tanpa kusadar namamu terhapus dari ingatanku, percayalah, kamu akan menemukan cara untuk membuatku kembali mengingat segalanya.
Aku mencintaimu hari itu. Aku merindukanmu hari ini, dan selamanya.
Sampai jumpa lagi, ksatria bergitarku. Kelak, kita akan bertemu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Tanpa Nama
Não FicçãoAkankah kelak kau baca suratku? Mungkin aku terlalu banyak berharap. Bukankah sudahku katakan, kamu yang ku maksud mungkin bukanlah kamu. Aku yang kau kira, tak pasti adalah aku.