19.09
Kalau kamu memilih untuk tak memiliki kenangan, bukan berarti kamu berhak menghapus kenangan milik orang lain, bukan?
Kamu pikir kamu Dewa? Berhak merebut segalanya yang setengah mati dilindungi orang lain?
Kamu siapa? Tak lebih dari sekedar perusak hidup orang lain! Begitu, bukan?
Bisakah kamu menghitung apa saja yang sudah kamu renggut? Bisakah kamu menghitung apa saja sudah kamu rusak?
Ups, aku lupa, kamu tak bisa menghitung. Bukan saja karena banyaknya kejahatanmu, tentu juga karena pendidikanmu yang..., umm..., tak perlu kusebutkan di sini aibmu.
Tertawalah sesukamu. Berbahagialah sepuasmu. Kamu tak tahu sampai kapan kamu mampu berkuasa seperti saat ini. Mungkin nanti, entah kapan, kamu akan segera menyesali segala kecongkakanmu -- kuharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Tanpa Nama
Literatura FaktuAkankah kelak kau baca suratku? Mungkin aku terlalu banyak berharap. Bukankah sudahku katakan, kamu yang ku maksud mungkin bukanlah kamu. Aku yang kau kira, tak pasti adalah aku.