Selasa, 14 Maret 2017

127 11 8
                                    

Teruntuk gadis yang terlanjur kusakiti hatinya.

Apa kabar? Adakah rindu tentangku terbersit sesaat saja dalam benakmu? Adakah untaian namaku tersebut sekali lagi saja dalam hatimu?

Ya, ini aku yang telah lukaimu begitu dalam. Ya, ini aku, sang bayang kelabu yang bertengger kacaukan masa kemarinmu. Ya, ini aku yang hari ini tiba-tiba saja teringat tentangmu.

Tak bisa kukatakan aku merindukanmu. Tak bisa kukatakan aku memimpikan kembali saat bersamamu. Tak bisa. Kamu tahu dengan pasti alasannya, bukan? Tak perlu kudongengkan beribu kata untuk perjelas keadaan yang runyam ini.

Kamu nyatanya tak pernah miliki hatiku, Sayang. Kamu nyatanya tak pernah singgahi anganku. Kamu sudah tahu itu, bukan?

Apakah hari ini kamu baik-baik saja? Apakah hari ini masih ada buliran air mata menetes karenaku?

Aku tak akan memintamu lupakanku. Dengan bantuan waktu, tanpa aku meminta pun, segala tentangku akan sirna perlahan. Aku tahu itu. Aku pernah mengalaminya. Dengan alasan itu, hari ini, saat aku masih mengingat tentangmu, kutulis sepucuk surat ungkapan rindu. Aku rindu pada diriku saat bersamamu.

Maaf, tapi aku tak sekali pun merindukanmu. Aku hanya rindu saat kebersamaan kita. Bahkan jika saat itu bukanlah kamu, aku akan tetap rindu. Aku yang egois ini rindu akan diriku sendiri di masa itu.

Kamu tak mengerti? Tak perlu kamu paksa otakmu mencoba memahami. Aku hanya ingin kamu tahu, dalam doaku kusebut namamu, kuharapkan bahagiamu, karena aku tahu bukanlah aku yang akan bahagiakanmu.

Sayang, aku tak tahu kamu mengingatku sebagai apa, mengenangku sebagai siapa. Aku tak mau tahu. Kamu pun tak perlu tahu apa atau siapa kamu dalam ingatanku.

Selamat tinggal, Sayang. Ini surat pertama dan terakhirku untukmu. Berbahagialah, Gadis Manja.

Salam rindu dari bayang kelabu hari kemarinmu.

Surat Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang