BAB 11

1.2K 236 7
                                    

"KRIIIINGGGGGGGGGGGG!!!!" Terdengar suara nyaring di nakas tempat tidur membuat Yuki beringsut keluar dari selimut dan mengambil jam bekernya. Ia mengerjapkan mata berulang-ulang melihat pukul berapa sekarang. Awalnya masih belum jelas namun beberapa detik kemudian, mata Yuki membulat saat jam menunjukkan pukul 7 pagi. Ia langsung bangun "OMG!!!! Telat!!!!" Teriaknya tak karuan meluncur ke kamar mandi. Kerusuhan disertai pekikan bahkan umpatan terjadi dilantai atas dan ditanggapi dengan santai oleh sang Mama dan Bastian yang sedang sarapan.

Bunyi langkah kaki yang turun terbirit-birit membuat keadaan yang rusuh berpindah ke lantai dasar. "Morning All!" Sapa Yuki mencium pipi Mama dan adiknya kilat.

"Makanya kalo mau camping itu, tidurnya jangan telat-telat" Ujar sang Mama namun Yuki tidak menjawab karena dikejar waktu. Ia mengambil roti bakar dan menahannya dengan mulut sembari mengambil kotak makan menaronya ke dalam tas samping. Yuki sudah siap camping disekolah untuk pertama kalinya. Maklumlah, kelas dua belas hampir membuat Yuki beruban dengan UAN yang akan dihadapinya beberapa bulan lagi. Apalagi Ia harus bersinggungan dengan karya ilmiah tentang tumbuh-tumbuhan yang membuatnya harus setuju untuk ikut kemping dan jika tidak, Ia terancam tidak lulus UAN. Tentu saja Biologi! Biologi telah memaksanya bersiap-siap ke hutan mencari berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang membuatnya perlu melakukan antisipasi besar-besaran. Alhasil, tas Eiger khusus traveling yang besar terpaksa nangkring di punggungnya sekarang.

"Antarin aku Ma, udah telat nih"

"Oke... Bastian jaga rumah ya"

"Sip Ma"

Bella dan Yuki langsung ke mobil yang sudah terparkir rapi di depan rumah. Yuki lega karena sang Mama tau kalo dia bakal telat sehingga mobil tinggal pergi menuju sekolahnya. Sampai disekolah, bus sudah dikerumuni oleh para siswa yang masuk membuat Yuki kerepotan. Ia mengambil tas yang besarnya kelewatan membuatnya keberatan sendiri.

"Aku pergi ya Ma"

"Iya hati-hati disana"

"Ya Ma" Kata Yuki langsung berlari masuk ke pagar sekolah dengan terburu-buru. "Awas lo Ga! Sumpah tas si Ivan benar-benar bikin gue jadi kuntet beneran!" Gerutu Yuki sembari berlari "Tunggu pak Oscar!!!" Pekiknya membuat Pak Oscar tak jadi naik ke dalam bus dan menunggunya.

"Hosh... Hosh... Hosh...." Yuki ngos-ngosan

Pak Oscar tersenyum "Sini barang kamu buat ditaro di bagasi"

"Makasih Pak," Yuki langsung memberikan tas Eigernya dan naik ke dalam bus. Ia melihat deretan bangku depan sudah penuh membuatnya terus berjalan kebelakang dan menemukan dua sejoli yang duduk bersama dengan mesra.

"You're late Yuki Katro" Ejek Vitha memeletkan lidah hingga Yuki manyun. Vitha memasang benteng dengan melingkarkan tangannya ke lengan Fathir sehingga Yuki beralih terus kebelakang. Ia melihat satu bangku kosong dan dengan semangat datang menaro tas sampingnya ke bagasi tempat duduk bus.

"Akhirnya dapet juga tempat du..." Yuki melihat orang disampingnya menoleh "Duk" Sambungnya.

"Hai" Sapa orang tersebut

"Hai" Balas Yuki tersenyum meski masih canggung. Ia melihat sekitar mencari tempat duduk yang masih kosong namun nihil.

Orang tersebut menyadari sikap Yuki itu turut bangkit "Mau kemana?" Tanya Yuki heran

"Mau cari tempat lain biar elo aman," Balas orang tersebut tapi Yuki menghadangnya pergi

"Gak perlu, tempatnya udah penuh" Kata Yuki "Gue gak apa-apa" Imbuhnya kemudian.

"Lo yakin?"

"Apa muka gue gak buat elo yakin Stef?" Tanya Yuki meyakinkan Stefan dan akhirnya Ia duduk kembali.

Stefan yang pendiam membuat Yuki serba salah dan beralih merapikan duduknya menghadap ke depan.Tak ada percakapan disana "Thanks buat tempat duduknya" Ucap Yuki dan Stefan menoleh

"Ya" Balasnya melihat jendela bus.

Yuki melirik Stefan sebentar namun matanya terasa panas seperti akan mengalirkan sesuatu tapi ditahannya sekuat tenaga. Yuki beralih mengambil ipod dan memasang headset ditelinga. Ia coba menenangkan diri "Keadaan udah lain Yuki, sangat lain" Katanya dalam hati meyakinkan diri bahwa persahabatan mereka kini berakhir.

Pasca kejadian Stefan mencium Yuki, keadaan mereka sangat berjarak. Tidak saling bertemu, ketika berpapasan hanya melewati seperti orang yang tak punya hubungan. Hal ini terus berlanjut membuat kedua teman mereka hanya menghela nafas dan Bintang cuma bisa pasrah menghadapi keras kepala Yuki dan Stefan.

"Oke Guys! Kita berangkat" Seru Pak Oscar dan bus berjalan menjauhi sekolah.

Stefan melirik Yuki yang sedang mendengarkan lagu. Pakaian yang manis, jaket bahan jeans dongker dan sebuah scarf polos senada dengan celana panjangnya yang berwarna dark brown. Ia melihat sepatu converse berwarna biru dongker dan rambut Yuki terkuncir rapi menunjukkan perubahan yang signifikan setelah lama tidak bersama. Stefan melihat jendelanya lagi "Keadaan sudah lain Stefan, sangat lain" Tuturnya dalam hati.

Jam terus berputar dan perjalanan masih panjang membuat Yuki dilanda rasa kantuk. Ia melirik Stefan yang tertidur mengembangkan senyumnya sembari melepas headset dan menyimpan ipod ke kantong jaket beralih mengistirahatkan matanya. Bangku belakang memang tak terlihat nyaman tapi sangat tersembunyi justru membuat para siswa tidak tahu apa yang terjadi sana.

Jalan sudah beralih berkelok-kelok melewati pengunungan membuat kepala Yuki terhempas kekiri dan kanan sesuai dengan arah mobil yang berbelok. Belokan sangat tajam mendaratkan kepala Yuki di bahu Stefan. Yuki merasa mendapat bantal empuk malah menyamping dan memeluk lengan Stefan. Stefan terusik saat ada yang memeluk tangannya dan terasa geli dileher akibat rambut seseorang hingga Ia terjaga. Stefan melirik seseorang yang menyandarkan kepala dibahunya langsung kaget saat tahu yang tidur memeluk tangannya adalah Yuki. Ia berusaha melepas tangannya dengan pelan namun yang namanya orang tidur ketemu bantal pasti tidak akan pernah melepasnya dengan mudah, termasuk Yuki.

Yuki beralih mengeratkan pelukannya dan semakin menyamankan tidurnya dengan bantal kepala baru, bahu Stefan. Stefan bisa merasakan deru nafas Yuki menyapu lehernya disertai mulut yang mengunyah membuatnya tersenyum. Ia baru tau, Yuki pemamah biak saat tidur membuatnya tertarik membelai rambut Yuki dengan pelan dan hati-hati. Ia menghirup harum rambut Yuki yang sudah lama tak dirasakan beberapa minggu ini.

"Emmh...." Yuki terusik mengeratkan pelukannya ke lengan Stefan otomatis gerak tubuhnya terkunci. Lama meneliti wajah yang tertidur itu membuat Stefan tersenyum kala jarak kening Yuki dengan bibirnya begitu dekat yang memberikan kesempatan baginya untuk mengecupnya singkat. Yuki tergerak spontan dan lambat laun tertidur pulas dibahu Stefan.

"Bumi itu sempit ya Yuk, sampai kita dipertemukan lagi disini" Gumamnya dalam hati melihat jendela "Tuhan, biarkan aku bahagia sebentar. Aku tak minta lebih tapi melihatnya nyenyak di bahuku buat luka hatiku sedikit terobati" Pintanya dalam hati dan menatap Yuki "Lo tau Yuk, gue gak bisa pergi kemanapun, sampai sekarang gue gak bisa melupakan elo. Selamat tidur my Redstar, have nice dream... baby" Imbuhnya dalam hati seraya menutup kedua matanya.


NOT LOVE STORY - DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang