"Kita harus melakukan operasi pengangkatan sebagian sel kanker otaknya" Dokter menjelaskan kondisi terakhir Joy kepada Anjas
"Saya hanya mengikuti saran Dokter yang terbaik saja" Kata Anjas pasrah
"Untuk itu saya perlu tanda tangan Anda dan Joy. Joy harus tahu kondisinya bisa membahayakan dirinya sendiri. Jika kita tidak cepat mengantisipasinya, saya takut sel kanker kembali bermetastase membentuk sel kanker baru dan itu membahayakan nyawanya"
"Saya hanya pasrah Dokter, saya mau yang terbaik untuk anak saya satu-satunya. Saya sudah kehilangan istri saya karena kanker. Saya tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya Dok." Pinta Anjas memohon
Dokter melihat ke-putus-asa-an Anjas ikut iba kemudian melihat lagi hasil rontgen Joy yang baru. Setelah lama berpikir barulah Ia mengambil keputusan "Saya akan berusaha semaksimal mungkin Pak, tapi Anda juga harus berdoa karena umur bukan manusia yang mengatur akan tetapi Tuhan"
"Tuhan... apa Dia bisa menolong saya Dok? Setelah kematian istri saya, saya tidak pernah melihat Tuhan dalam hidup saya. Saya membencinya karena telah mengambil istri yang saya cintai tanpa memberikan kesempatan sedikitpun pada saya untuk membahagiakannya. Saya membencinya" Desis Anjas tajam.
Anjas membenci Tuhan karena telah mengambil Diandra disaat Ia sedang khilaf. Ayu Diandra adalah wanita yang dicintai Anjas sampai saat ini dan sengaja menyembunyikan kenyataannya dari Joy karena kebencian yang belum pudar sejak lama. Ia membiarkan Joy pergi mengantar Diandra ke peristirahatan terakhir tanpa didampingi siapapun. Profesi telah menggelapkan mata Anjas hingga tega menyia-nyiakan kedua orang pentingnya dan saat itu, Joy mulai membencinya. Tapi yang namanya seorang Papa tetap ada disamping anaknya namun rasa perhatian Anjas membuat Joy makin membencinya tapi kekerasan hati Anjas tak menggubris rasa benci itu sama sekali.
"Kebencian menunda terciptanya kebahagiaan Pak, lebih baik Bapak mulai mendekat pada Tuhan. Karena semua cobaan itu tersirat makna untuk manusia, bahwa Tuhan sangat mencintai umatNya."
"..........." Anjas tertunduk
Yuki melamun menarik perhatian Stefan untuk bertanya sedari tadi. Yuki memikirkan perbuatan bodohnya pada wartawan hingga tak menghiraukan Stefan yang disampingnya. Stefan mengelus bahu pacarnya dan menolehkan pandangan Yuki menatapnya. Tersirat senyum yang terpaksa Yuki berikan yang membuatnya mengerti hal itu.
"Kamu lagi mikir apa Bi? Hem?" Tanya Stefan membawa Yuki dalam dekapannya dan mengecup puncak kepalanya. Perbuatan Stefan menyamankan Yuki sekarang.
"Menurut kamu, apa aku salah merahasiakan statusku dari Wartawan? Apa aku salah jika mereka tidak mencampuri kehidupan pribadiku? Aku tau aku itu publik figur, tapi apa mereka gak tau kalo aku juga seorang manusia?" Adu Yuki lirih
Stefan mengelus rambut panjang Yuki "Sabar ya, namanya juga orang cari rejeki, Baby. Mereka juga gak bisa berbuat apapun soal ini. Menurut aku, publik figur dan wartawan itu adalah simbiosis mutualisme. Saling berhubungan sekaligus saling menguntungkan, publik figur semakin dikenal karena wartawan yang selalu meliputnya dan wartawan mendapatkan gaji dari beritanya. Aku benar kan Bi?" Stefan menghibur Yuki yang sedih untuk kesekian kalinya karena permasalahan Wartawan yang selalu meliput berita tentang Yuki. Stefan melihat kesedihan Yuki membuatnya beralih menatap dan mencubit halus dagu Yuki agar membalas tatapannya "Jangan murung dong, Yuki Kato yang aku kenal itu, cewek yang cuek dengan tanggapan miring orang-orang. Mana Yuki Kato yang selalu cuek dengan omongan nyinyir cewek-cewek karena kedekatannya dengan Stefan William drummer Sky Band yang cool dan charming itu? Hem? Mana coba?" Tanya Stefan membuat Yuki mengernyitkan dahi tak menyangka jika Stefan cowok narsis gak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT LOVE STORY - Destiny
FanficYuki Kato, anak broken home akibat perceraian orang tuanya yang menyebabkan ia 'terbuang' dari hati sang Mama. Mamanya bernama Bellarina yang merupakan mantan model . Namun, Ia terpaksa berhenti karena mencintai lelaki sederhana Hiro Takashima Kat...