Joy merasa matahari menghangatinya hingga membuatnya tersenyum saat membuka mata. Ia terpesona dengan kehangatan mentari yang bersinar apalagi melihat pakaian formil yang melekat ditubuhnya. Semuanya terlihat pas di tubuh termasuk peci yang membuatnya kini ada didepan jendela kamar dengan kursi roda. Joy lalu berbalik dan melihat keseluruhan kamarnya yang berubah. Kamarnya disulap dengan tirai demi tirai kain berwarna putih dan jepitan berupa bunga lili beragam warna membentuk lingkaran. Ia juga melihat semua sudah rampung entah kapan karena dirinya dari kemarin malam tertidur dan saat membuka mata, kamarnya terlihat sangat indah.
"Happy Wedding Joy Octaviano" Ucap seseorang membuat dirinya sedikit kaget lalu tersenyum
"Thanks Shain"
"Hehehe.... Gimana dekorasinya, keren ya?"
"Iya, kapan elo mengubah kamar gue jadi cantik gini?"
"Hehehe... Dengan bantuan Ivan dan beberapa temen EO, akhirnya jadi. Hehehe.... kamu suka Shain?"
"Gue suka banget. Makasih ya"
"Iya,"
"Shain"
"Ya,"
"Stefan udah dateng?" Tanya Joy "Ini udah jam berapa?" Tanyanya lagi
"Masih jam 6, Stefan mungkin masih mandi dan pas jam 8 tepat.... dia bakal kemari"
"Iya, gue akan menunggunya"
"Salah kali, seharusnya kamu menunggu Yuki... Calon istrimu"
"Ya... Yuki salah satunya tapi untuk sekarang gue menunggu Stefan datang. Ada yang ingin gue sampaikan padanya. Elo bisa telepon dia Shain? Bilang sama Stefan kalo gue menunggunya untuk bicara penting"
"Oke, aku akan segera meneleponnya" kata Shain menekan nomor ponsel Stefan
Di kamar dengan wallpaper biru laut, terdengar berisik ketika sebuah ponsel berdering keras. Gemericik air shower dari kamar mandi tak mengindahkan seseorang mengangkat.
"Gak diangkat, paling dia lagi mandi Joy" Tutur Shain
"Oh, ya udah gue akan menunggu disini sambil menulis"
"Oke deh, aku telepon Vega dulu ya"
"Iya,"
Joy melihat buku diarynya dan mengusapnya pelan. Ia membaca halaman demi halaman sambil tersenyum lalu perlahan-lahan wajahnya berubah sendu. Ia menatap matahari begitu bersinar terang menerpa Joy yang sedang mengelus cincin sang mama yang ada dibalik jasnya. Joy meresapi kehangatan matahari sambil menutup matanya rapat.
"Ma... apa Mama mendengarku?" Tanya Joy perlahan membuka matanya melihat rerumputan hijau halaman rumah sakit tampak bersinar. Ia merasa seseorang memegang kedua bahunya dan Ia menoleh melihat Mamanya berada didekatnya.
"Ma.... Mama mau menjemputku?" Tanya Joy dan senyuman Mamanya terlihat sangat manis dan mengangguk pelan.
Mama Joy yang bersinar dengan wajah bahagia dan terlihat cantik dengan balutan gaun putih membuat Joy tenang berada disampingnya saat ini "Tulislah sesuatu Joy, untuk Yuki...." Tuturnya membuat Joy tersenyum "Sampaikan padanya sebuah kenyataan kalau cinta memang tidak harus memiliki" Imbuh sang Mama sehingga Joy menurutinya dengan menulis sesuatu di buku diarynya.
Yuki sudah didepan cermin kamar dengan kebaya dan semua aksesoris termasuk anting mutiara dikelilingi permata swaroski sebagai pemanis. Ia memakai pasangannya berupa kalung dengan mutiara yang sama dan satu gelang silver. Ia membiarkan Vega menghias wajahnya dengan make up, mulai dari memakaikan eyeshadows warna brown muda sama seperti alisnya dan lower eyeliner white glitter yang memperindah lekukan bawah matanya. Vega menambahkan maskara pada bulu mata Yuki dan blush on berwarna nude mempertegas tulang pipinya. Kini bibirnya mulai dipoles dengan lipstick berwarna mirabella sama seperti warna cat kukunya. Yuki membuka matanya dan melihat dirinya di cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT LOVE STORY - Destiny
FanficYuki Kato, anak broken home akibat perceraian orang tuanya yang menyebabkan ia 'terbuang' dari hati sang Mama. Mamanya bernama Bellarina yang merupakan mantan model . Namun, Ia terpaksa berhenti karena mencintai lelaki sederhana Hiro Takashima Kat...