#3 - Salah Masuk Kelas

8.3K 523 1
                                    

Tahun 2016.

Hari pertama kuliah. Hari dimana jadwal kuliahnya berantakan. Bagaimana bisa dia mengisi KRS-nya dengan terburu-buru karena Bram yang tidak niat membantu.

"Buruan ngisinya. Lelet amat. Kamu gak mau makan siang bareng yang lain." Begitu kira-kira omelan Bram dihari terakhir OSPEKnya. Saat itu Kiran sedang mengisi KRS online untuk mengambil kelas dan menata jadwal pelajaran yang ia harapkan masuk siang, menjadi berentetan masuk pagi gara-gara Bram dengan seenaknya memencet yes tanpa persetujuannya. Kesal, jangan ditanya. Rasa kesalnya pada Bram sudah sampai di ubun-ubun saat itu. Tapi Kiran yang berstatus MABA hanya bisa pasrah dan tidak membantah. Boro-boro mau membantah, mengomel saja Kiran enggan karena malas masalahnya jadi panjang. Apalagi berurusan dengan Bram si wajah arab itu. Kiran ogah!

---

Jam 08.00 tepat, jam masuk kuliah yang tidak diharapkan. Kelas A, kelas yang sama sekali tidak diharapkan. Ini semua memang salah Bram. Jika saja cowok itu tidak membantunya, Kiran akan masuk di kelas D, bukan di kelas A yang didengar dari beberapa MABA lain kalau semua dosennya killer dan pelit nilai.

Fakultas Manajemen.

Gedung B. Ruang 1-5.
Jurusan Man. Keuangan.

Klek. Pintu kelasnya dibuka pelan oleh Kiran. Beruntung dihari pertamanya ia tidak telat. Terbukti saat melihat kedalam kelasnya yang masih sepi. Hanya beberapa orang saja yang sudah duduk di kursi individual khas mahasiswa.

Kiran mengambil kursi dibarisan nomor tiga. Tidak terlalu depan, tidak juga terlalu belakang. Pojok, iya. Itu adalah tempat yang paling nyaman agar dia bisa bersandar di tembok. Paling nyaman untuk nyolong waktu tidur, tentu saja. Sebenarnya Kiran lebih tertarik duduk dibelakang, lebih PW untuk tidur, tapi dia tidak mau ambil mati dihari pertamanya. Cukup pemilihan kelasnya saja yang berantakan, jangan sampai dijam kuliah pertamanya juga berantakan karena dosen yang tidak senang dengan Mahasiswi yang duduk dibarisan belakang. Barisan depan? Haha. Terimakasih karena sudah bertanya. Tapi itu sama sekali tidak ada dalam benak Kiran.

"Hai." Sapa seorang cewek berambut pendek hitam akhirnya setelah beberapa saat memilih duduk disebelah Kiran.

"Hm." Dehem Kiran bermaksud mengiyakan sapaan cewek itu. Sambil tersenyum, tapi singkat.

"Gue Ginara, panggil saja Gin, atau Ara. Bebas deh." Cengir cewek itu menyalami Kiran dengan semangat. Kiran spontan mengangguk, menyalaminya balik, kemudian sudah.

Cewek bernama Ginara itu. Tunggu! Sebut saja Gin, biar tidak repot. Kiran sekilas melihat Gin menggaruk kepalanya kemudian duduk. Kiran yang malas berbincang-bincang akhirnya memilih melihat kearah depan.

"Eh, nama lo siapa?." Tanya Gin lagi. Dia masih penasaran dengan Kiran. Kiranpun dengan tampang lempeng memperkenalkan namanya sambil menunduk.

"Kiran." Katanya kemudian menatap lagi kedepan. Entah apa yang ia perhatikan, mungkin memandangi hal baru seperti suasana kelas ini. Bukannya Kiran sombong, dia hanya malas mengobrol hal-hal tidak penting. Eh! Sebenarnya penting juga punya teman baru dan berkenalan. Tapi entahlah, Kiran memang begitu. Tipe cewek cuek yang mengobrol hanya seperlunya.

"Woy Kiran?" Seruan cewek datang dari balik pintu kelas. Saat Kiran mendongak, rupanya kelas sudah hampir penuh. "Gue duduk sini ya." Katanya nyengir kuda. Menunjukkan deretan gigi putihnya yang dibehel tipis.

Itu Sera. Cewek dengan rambut pirang yang mungil dengan paras cantik. Teman yang pertama Kiran kenal saat OSPEK. Salah satu penggemar berat Bram. Cewek mungil itu duduk didepan Kiran. Saat setelahnya Gin menghampiri.

"Hai. Gue Ginara, panggil aja Gin atau Ara." Gin memperkenalkan dirinya lagi pada Sera, tentu, dengan cengiran khasnya.

"Hai juga. Gue Sera." Balas Sera yang disambut sumringah oleh Gin.

Saat melihat Gin, Kiran jadi tau bahwa cewek itu sangat ekspresif untuk mengutarakan suatu hal. Terbukti saat berbicara dengan Sera yang meresponnya, dia tampak senang. Sedangkan dengan Kiran, dia sedikit lebih segan dan takut menganggu.

"Lo dari sekolah mana?. Gue dari SMA Derma loh, lo tau kan pasti." Tanya Gin sambil memperkenalkan asal sekolahnya. Iya, siapa yang tidak tau SMA high class itu. Semua orang juga tau. Termasuk Kiran yang hanya manggut-manggut mendengarkan dari belakang. Meski cuek begitu, rupanya dia senang bisa berkenalan dengan Gin yang terbilang lucu saat mengekspresikan bicaranya.

"Gue dari SMA Seven di Surabaya." Jawab Sera, kemudian Gin manggut-manggut. Tidak lama dia baru sadar akan kota yang disebut.

"Buset. Jauh amat, lo berarti anak perantauan ya." Tanya Gin lagi, tampangnya sedikit kaget karena baru kali pertama ini dia berbincang dengan orang Jawa Timuran tapi bahasanya gak medok. Kiran juga setuju jika itu pendapat Gin. Sedangkan Sera hanya tersenyum malu-malu.

Saat mengatakan SMA Derma tadi berarti Sera tidak tau. Kalaupun Sera tau itu pasti dari sanak saudaranya yang ada disini. Raut wajah Gin jadi berubah lesu karena gagal memamerkan asal Sekolahnya. Kali ini tatapan Gin beralih pada Kiran yang rupanya juga mendengarkan percakapan mereka.

"Kalau lo Ran?." Gin langsung bertanya pada Kiran tanpa sungkan. Sera juga rupanya ikut berbalik. Sera memang teman pertama Kiran, tapi perihal dia dari SMA mana Sera juga belum tau. Mungkin karena sewaktu di OSPEK mereka tidak banyak berkomunikasi, karena iya, Kiran yang cuek.

"SMA Hiper." Jawab Kiran datar.

"Hah, serius lo SMA Hiper. Gila, lo tau gak Ser SMA Hiper?" Kata Gin langsung sedikit syok.

"Enggak." Kata Sera dengan cengiran lagi. Sedangkan Kiran hanya memperhatikan tingkah Gin.

"Demi langit dan bumi. Gue dulu daftar kesitu tau Ran. Tapi gak masuk. Hiks. Sedih deh." Matanya kali ini menatap Sera, "iya jadi tuh di Hiper cowoknya sadap gila. Em, maksud gue cakep-cakep Ser. Ih, pokoknya kapan-kapan lo harus cek sendiri deh kesono. Tapi berdoa aja ya biar gak pingsan, soalnya ngartis semua, cowoknya pada cool abis." Ocehnya dalam satu nafas. Kiran sedikit melongo dengan kutbah Gin yang lumayan panjang itu. Cerewet juga ni cewek. Batin Kiran. Sedangkan Sera hanya senyum-senyum sendiri membayangkan. Yailah, ni lagi satu. Bram kek begitu aja didemenin. Noh, bekas SMA gue banyak yang lebih. Batin Kiran lagi berhasil mengingatkannya pada Bram yang menyebalkan.

"Selamat pagi." Sapa seorang lelaki paruh baya dengan suara rendahnya.

"Pagi pak." Kompak semua Mahasiswa/i menjawab bebarengan. Diiringi dengan dosen itu yang langsung membuka buku tabiatnya.

"Bapak akan langsung saja. Kontrak belajar nanti saya bahas di jam akhir. Saya mengajar akuntansi I. Dan saya tidak suka kelas saya berisik. Oke jadi.."

Tuhkan bener gue salah masuk kelas. Sialan banget kan! Baru aja masuk, basa basi kagak, langsung belajar iya. Kampret!!

Batin Kiran kesal disambut oleh tatapan ngeri Sera dan Gin.

***

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang