Halo geng. Sampai part ini cukup melelahkan loh. Sekarang di Jakarta bagian selatan lagi Hujan, dan gue dapat inspirasi dan berkat itu, Gue terimakasih karena bisa nulis part ini. Hihi.
Cekidot.
***
Tahun 2016.
Terik matahari yang sangat menyengat membuat kedua orang yang sedang berjalan beriringan itu menutup masing-masing wajahnya dengan buff. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, sedangkan kuliah masuk jam 10, mereka berdua telat, tapi mereka santai. Sudah tidak bisa dikatakan kaget lagi karena memang mereka adalah jawara dalam hal keterlambatan maupun kebolosan.
Haikal dan Kiran, iya, mereka adalah pelakunya. Berjalan santai, menaiki setiap anak tangga untuk menuju ke lantai 3 ruang 5 membuat kedua orang itu berkeluh kesah. Haikal menurunkan buffnya sampai ke leher, tangannya sesekali memegangi kepala Kiran yang sejak tadi ngedumel didalam buffnya.
"Copot dulu itu buff. Lo ngomong kek suara nyamuk lewat, gak denger gue." Kata Haikal menurunkan tangannya dari kepala Kiran. Sambil melongok mencari ruangan mana yang akan mereka berdua masuki.
Kiran menurunkan buffnya, menunjuk jalan ke arah kiri, ke ruang 5. "Abisnya kaga ada eskalator gitu, kan biar gak capek dan cepet." Omel Kiran membuat Haikal terbahak.
"Emang ini kampus mbah uti lo. Ya kalau mau cepet ngapa lo tadi bangun kesiangan."
Kiran melirik Haikal. "Gak ngaca lo."
Haikal terkekeh lagi, dia menggaruk kepalanya sambil mengangguk-ngangguk membenarkan. "Iya juga."
Setelah mereka sampai didepan kelas, mereka masuk. Telat satu jam di jam mata kuliah dosen selow memang menjadi point penting dalam memanfaatkan waktu masuk, dari pada datang tepat waktu tapi gak ngerti. Mendingan telat, tapi masih di absen. Begitulah pemikiran kedua manusia yang kini menyalami Pak Widodo yang disebut bapak dosen paling santai itu.
Kiran memilih tempat duduk tersisa, dibelakang, disebelah Bram yang senyum menyapanya. Haikal juga ikutan duduk disebalah Kiran, juga ikut menyapa Bram.
"Rajin lo bro." Kata Haikal sambil menaruh tasnya dibawah kursi.
Bram nyengir kuda melirik kearah kearah Haikal yang sedikit tertutupi oleh tubuh Kiran. "Biasa, mama gue rempong pagi-pagi." Jawab Bram setengah berbisik.
"Haha. Emang emak-emak sosialita rempong." Kekeh Haikal membuat Pak Widodo yang berceramah menjadi menghentikan aktifitasnya. Beliau melirik sambil melotot kearah Haikal yang baru datang dan membuat rusuh kelas.
"Siapa nama kamu?" Tanya Pak Widodo pada Haikal yang meneguk ludahnya, menggaruk tengkuknya lalu nyengir tanpa dosa.
"Haikal Pak." Jawabnya.
Pak Widodo melihat absen, seperti mencari-cari nama Haikal di buku absen tersebut. "Kamu anak 2015?" Tanya Dosen itu memastikan, Haikal langsung mengangguk.
Pak Widodo geleng-geleng kepala. "Pantes." Katanya, ah sial, kata Haikal menyandarkan tubuhnya kekursi. Pak Widodo kembali kedepan, menjelaskan kembali apa yang tadi tertunda. Pak Widodo memang dosen terselow, tapi cibirannya itu memang sedikit nyelekit. Beliau sangat anti dengan Mahasiwa yang mengulang dimata kuliahnya. Haikal fikir, bodoh amat lah, asal dia bisa lulus dan memilih untuk diam kali ini.
Entah bagaimana Kiran bisa menangkap Gin yang duduk dikursi depan melirik lekat kearah Haikal yang diam. Kiran jadi senyum sendiri walau cuma sekilas. Dia seakan tau tatapan apa itu, karena mungkin dia sendiri jika menatap Karan seperti itu. Ah, akan ada cinta baru bagi Haikal. Begitu batin Kiran yang nanti akan ia verifikasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, KARAN [COMPLETE]
DragosteDua manusia dimasa kecil yang sama. Dan dipertemukan secara tidak sengaja didunia perkuliahan. Pertemuan pertama dengan insiden. Pertemuan selanjutnya dengan misterius. Manusia berjenis laki-laki yang lupa. Manusia berjenis perempuan yang masih inga...