#26 - Ine

4.4K 342 0
                                    

Tahun 2016.
Cafe Roger, pukul 19.00

"Pa."

"Lo lagi dimana?"

"Cafe biasa."

"Kok gak ngajak gue."

"Hmm."

"Anjir hmm doang. Gue kesono ya."

"Ya."

Tek. Layar iphonenya ditekan end. Kiran menusuk lagi makaroni pedasnya sambil tersenyum kearah Karan yang daritadi gak lepas menatapnya, sembari meletakkan iphonenya di meja. Es capucino Karan sudah habis, tapi masih saja disedot sampai sedotannya kempis. Kiran terkekeh pelan sambil menunjuk gelas minuman Karan dengan dagunya. Karan sendiri hanya menaikkan alisnya, masih menyesap minumannya yang sudah kosong melompong tinggal bongkahan es batu.

"Kenapa?" Tanya Karan menyudahi menyesap sambil menopang dagu.

"Udah abis kan, tuh." Kiran menunjuk gelas Karan. Cowok itu ikut melirik gelasnya dan nyengir kuda saat mendapati gelasnya yang kosong. Setelah itu dia menggaruk-garuk kepalanya yang Kiran yakin tidak gatal. Kiran terkekeh lagi, menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dari siapa?" Tanya Karan.

"Apanya." Kiran mengerutkan dahinya, tanda tidak mengerti apa yang Karan maksut.

"Itu telfon."

"Oh. Dari Haikal." Jawab Kiran sambil memasukkan lagi makaroni pedas dimulutnya.

"Pacar kamu?" Tanya Karan.

Sontak saat itu Kiran terbatuk-batuk, matanya melotot tanda mau minum. Karan dengan sigap mendorong gelas berisi es jeruk kedepan Kiran dan langsung diseruput oleh Kiran dengan cepat. Merasa sudah normal, Kiran pun langsung menjawab pertanyaan Karan.

"Bukan." Kiran menggeleng keras.

"Sampe keselek gitu." Ucap Karan sambil menyandarkan tubuhnya di badan kursi.

"Iya abis elo. Pertanyaan macam apa tuh. Gue cuma sahabatan sama dia, si Haikal itu." Jelasnya.

"Oh."

Anjir oh doang!

"RAN." Seseorang memanggil dari belakang, jelas itu Haikal yang memanggil. Kiran dan Karan, keduanya menoleh kearah kedatangan Haikal bebarengan. Dan bodohnya adalah Kiran sendiri tidak sadar bahwa namanya didepan Karan adalah Mela, bukan Kiran. Lantas kenapa saat dipanggil 'Ran' dia ikut menengok. Ah! Kiran sendiri lupa bahwa Haikal belum tau menau tentang hubungannya dengan Karan. Bisa mati kalau sampai Haikal dengan cerocosannya membongkar nama asli Kiran. Mpus dah!

"Woy. Anjir malah enak-enakan ya ama cowok lain." Umpatnya sambil menoel bahu Kiran pelan.

Mulai dah. Gue tabok nih!

Kiran mendengus kesal. Haikal sendiri melihat Kiran dengan kekehannya sambil tangannya mengacak-ngacak rambut Kiran seperti biasa lalu duduk disisi kanan Kiran. Melihat itu, Karan yang sejak tadi diam cuma bisa menatap keduanya penuh emosi. Rasanya macam kebakar, entah mungkin cemburu.

"Ran, lo.. emmmbb!" Haikal langsung dibungkam paksa oleh Kiran. Karan yang merasa terpanggil langsung melihat kearah Haikal dengan tatapan 'apa'.

"Permisi bentar ya Ran." Senyum singkat Kiran tanda pamit, menyeret Haikal pergi menjauhi Karan.

Saat setelah mereka sampai masuk kedalam cafe, pura-pura memesan. Kiran langsung menjelaskan bahwa Haikal harus memanggil namanya dengan nama Mela, bukan Kiran.

"Sejak kapan lo dipanggil Mela? Itu cowok yang Karan-Karan itu ya. Yailah, lo ngapa ngajak dia kesini sih. Kan ini tempat khusus kita berdua nongski." Oh Tuhan, bisa diem dulu gak. Kiran langsung menyubit perut Haikal tanda agar dia diam. "Iya-iya. Elah sakit egek." Haikal mengerucutkan bibirnya.

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang