#18 - Teman

4.9K 348 1
                                    

Tahun 2016.

Kiran turun dari tangga rumahnya dengan tergesa-gesa, tali sepatu ketnya sampai lepas karena terburu-buru mengikat, beruntung dia tidak jatuh.

"Kiran hati-hati dong. Kalau jatuh gimana." Omel Enda mendekat kearah Kiran yang sedang mengikat tali sepatunya diujung tangga. Kiran mengangguk, menyampirkan sling bag nya dengan benar kemudian menyalami Enda hendak pergi ke Kampus.

"Eh, tunggu." Panggil Enda membuat Kiran menoleh.

"Nanti malam kamu ikut pergi ke rumah Karan ya."

"Hah!" Gue gak salah denger, rumah Karan?

Enda mendekat kearah Kiran, raut wajahnya jadi beda. Mamanya itu seperti menghela nafas agak panjang sebelum akhirnya menjelaskan.

"Papamu dengar dari Sande kalau.."

"Kalau.." Lanjut Kiran menyelidik, ada yang tidak beres dengan Enda.

"Kalau Giotraf sudah meninggal Ran." Sudah bisa ditebak. Ah!

Kiran jadi memasang wajah sedihnya, dia tidak kaget karena kenyataannya dia sudah tau kalau Giotraf sudah meninggal. "Kiran udah tau Ma." Tambah Kiran akhirnya.

"Kamu tau dari siapa?"

"Tante Windri sendiri cerita ke Kiran. Jadi..." Entah, Kiran sudah lupa jika dia terlambat pergi ke kampus. Dia malah sedang enak menceritakan kronologi dia bertemu Windri. Kemarin-kemarin dia memang belum sempat cerita karena tidak enak.

---

Kiran bolos lagi, ngaret setengah jam sudah menjadi pisau tajam baginya untuk masuk kelas. Iphonenya dilihat banyak notif panggilan tak terjawab dari Gin atau paling tidak Sera yang memberi pesan lewat line. Kiran menundukkan kepalanya yang sedikit menatap meja gajebo, tangannya mengotak-atik iphonenya, menelfon Haikal.

"Hallo." Seru orang disebrang sana, Haikal.

"Lo dimana?"

"Di jalan. Kenapa Ran?"

"Buruan ke kampus dong. Telat lagi gue njir, jadi bolos dah."

"Eh buset. Dasar anak bandel lo ya. Ada Bram noh nganggur katanya dia di gajebo, minta temenin dia aja. Pasti lo lagi gabut kan sendirian?"

"Ogah."

Tek. Buru-buru telfonnya dimatikan sebelum akhirnya Haikal benar minta tolong Bram untuk datang. Kiran malas ngobrol sama Bram, entah, rasanya sikap Bram aneh pada Kiran. Bukannya geer, tapi Kiran merasa Bram menyukainya. Dan Kiran tidak mau dianggap PHP karena meladeni ngobrol Bram.

Kiran menelungkupkan wajahnya dibalik tangan. Dia jadi memikirkan suatu hal nanti malam. Bertemu dengan keluarga Karan, lagi. Dan itu artinya Kiran siap menerima risiko. Segala hal tentang Mela akan terbongkar, Karan akan tau, kecuali Karan tidak di rumah. Semoga.

"Lagi pula kalaupun dia di rumah, emang dia inget sama gue." Kiran jadi mengomel sendiri macam orang gila. Dia tidak tau bagaimana reaksi Karan jika ia tau Mela adalah Kiran. Tapi dia juga penasaran, apa Karan benar lupa pada Kiran. Ah!

"Kiran." Seseorang tiba-tiba datang memanggil Kiran. Cewek itu mendongak, saat akhirnya mendengus kesal, yang datang sekarang adalah Bram. Benar-benar cowok yang sama sekali tidak ia harapkan datang.

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang