#16 - Dimaafkan

4.8K 352 0
                                    

Tahun 2016.

"Abah.." Haikal menghalangi penglihatan Abahnya yang datang tiba-tiba dengan kata menohok. Bukan kali pertama ini dia berkata pedas saat Kiran datang, mungkin telinga Kiran juga sudah tebal karena sudah puluhan kali menerima sengitan tajam dari Abah Haikal.

"Om.." Sapa Bram membuyarkan suasana, berharap Abah Haikal yang baru pertama kali ia ketahui adalah seorang tempramental luluh karena kedatangan teman Haikal yang lain, selain Kiran.

"Maaf Om.." Ucap Kiran seketika membuat Umi Haikal merangkul pundak Kiran merasa bersalah.

"Abah kenapa sih marah terus sama Kiran, memang Kiran salah apa sama Abah?" Haikal sudah kehabisan kesabaran, baginya Abahnya memang perlu sekali ditegor dan dinasehati. Hah! Bukannya kebalik!

"Abah tidak suka kamu dekat-dekat sama anak pembawa pengaruh buruk buat kamu." Jelasnya dengan tatapan tajam.

"Pengaruh buruk apa sih Bah?"

"Peng.."

"Om, maaf memotong pembicaraan Om. Tapi Kiran anak yang baik kok." Ujar Bram akhirnya membantu Haikal. Saat Haikal menoleh kearah Bram, cowok itu memberi kode kedipan mata.

"Siapa kamu berani ikut campur urusan saya sama anak saya."

Sumpah Abah, maafin Kiran dong. Ini lagi Bram, ngapain sih dia?

Kiran merutuk dalam hati. Dia ingin membela diri tapi takut Abah Haikal makin marah padanya.

"Saya Bram Om, teman kuliahnya Haikal. Sebelumnya saya minta maaf kalau sudah ikut campur, tapi Om, Kiran benar anak baik kok. Saya pernah diajak Kiran sholat ke masjid kampus, bareng Haikal juga Om." Jelas Bram membuat Haikal dan Kiran melongo. "Kiran juga membantu Haikal dan saya mengerjakan tugas kampus. Kebetulan saya dan Haikal mengulang di kelas yang sama dengan Kiran." Tambahnya membuat Haikal serta Kiran makin melongo.

Hah! Bram, bisa sekali dia berbohong. Tapi Kiran harus mengucapkan terima kasih karena akhirnya Abah benar-benar percaya pada tampang kearaban Bram. Whatever apa yang dikatakan oleh Bram, yang jelas Kiran benar-benar aman sekarang. Tidak lama setelah itu, Kiran diajak makan oleh Umi Haikal, lalu diajak berbincang tentang keluarga di rumah. Kiran yang cuma bisa menjawab dengan mengangguk dan menggeleng membuat Haikal terkekeh saat Abahnya bertanya ke Kiran yang dijawab dengan menunduk, dia sedikit tidaknya masih takut.

"Kiran sering-sering ingatkan Haikal sholat ya. Anak abah ini memang sedikit bandel."

Kiran mengangguk, Gegara Bram nih! Kampret. Urusan Sholat kan tanggung jawabnya besar. Hiks.

"Empus lo." Bisik Haikal di telinga Kiran yang dijawab hanya dengan desisan kesal.

---

Kampus Geiro di jam malam memang sangat menakutkan. Gedung yang berjajar disana terlihat seperti gedung berhantu macam di film-film horor. Kiran segera melesat ke Halte kampus  untuk buru-buru pulang. Setelah memberikan buku paket pada Satpam depan untuk Gin yang tadi nelfon dan ingin meminjam buku paket Kiran, cewek itu langsung melesat ke Kampus, bukannya Gin tidak mau mengambil di rumah Kiran, tapi katanya dia sedang buru-buru dan kebetulan rumahnya memang tidak searah. Untung saja Kiran sedang baik hati dan mau mengantarkan.

Malam ini hujan, sial sekali bukan. Kiran mengulurkan tangannya, mengecek seberapa deras hujan itu.

"Ah!" Kiran memekik entah pada siapa. Kenyataannya disini hanya ada dia, Kiran jadi merinding sendiri. Belum lagi hujan begitu lebat dan petir menggelegar hebat diatas sana. Kiran menggigit bibir, tidak ada satu bus pun lewat. Taxi juga gak ada. Gimana nih? Kiran hampir menangis saat jalanan mulai sepi dan lampu halte yang jumlahnya dua mati satu. Kiran makin ingin menangis saat pundaknya serasa disentuh oleh seseorang dari belakang.

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang