#25 - Siapa dia?

4.3K 330 1
                                    

Tahun 2016.

Dia itu.. cewek yang ada difoto di rumahnya tante Windri. Iya!

Kiran buru-buru membuntuti Karan sampai ke gedung C saat dia telah selesai dengan latihannya bermain piano. Dari belakang, pelan tapi pasti. Karan tidak sadar jika ada yang mengikuti. Saat akhirnya Karan masuk kedalam toilet cowok dan Kiran terhenti, menunggunya didepan pintu.

BRAKKK!!

Apa tuh!

Kiran kaget, demi apapun juga dia sampai berjingkat melongok kedalam WC cowok. Seakan hentakan besar yang menendang tong sampah besi didalam toilet sana, Kiran buru-buru memalingkan wajah saat beberapa orang keluar menarik salah satu anggota yang lain untuk keluar dengan paksa. Tunggu! Bukan anggota, tapi itu Karan.

Beberapa orang itu menyeret Karan keluar gedung, masuk kecelah gang yang menghubungkan gedung C dengan gedung kosong. Mereka masuk kesana, Kiran tidak, jantungnya berdegup, dia bingung harus bagaimana.

Gak masuk tapi Karan? Masuk tapi kan.. Ah! Sialan tu senior mau ngapain Karan sih.

Kiran merutuki dirinya sendiri. Dia tau kalau beberapa orang tadi adalah orang yang sama yang membuat Karan babak belur tempo hari. Kiran menggigit bibir bawahnya saat terdengar suara hantaman lagi, entah kali ini apa yang di tendang oleh para gengster itu. Pikiran yang kalut akhirnya berhasil membuat keputusan bulat, Kiran harus masuk.

KLONTANG!!

Kiran menatap kakinya sendiri yang sudah masuk kekandang harimau. Cewek itu saling berpapasan mata dengan Karan yang menginterupsi agar pergi. Tapi Kiran jelas menggeleng tegas. Dia sungguh ingin mencakar semua orang didepannya saat tau kalau Karan tersungkur dibawah, berlutut, kedua tangan Karan dipegang oleh salah satu anggota geng dengan rambut hitam kriting. Karan memaksa keluar dari genggaman itu hendak menolong Kiran, sebelum akhirnya salah satu anggota yang lain dengan tampang ganteng menghampiri Kiran dengan seulas senyum.

"Hai." Sapa cowok itu sok ramah. Kiran menatap cowok itu datar, menahan amarah. "Lo salah tempat, mending pergi sekarang. Atau gak, cewek cantik kayak lo bakal ikutan babak belur." Ancamnya sambil tersenyum sinis, membuat Kiran berdecih terang-terangan didepan cowok itu.

Cowok itu menaikkan alis, senyumnya makin melebar sampai terkekeh melihat tingkah Kiran yang mulai sedikit menantang. "Lo kenal dia?" Tunjuk cowok itu pada Karan dengan jempolnya yang diarahkan ke belakang. Kiran mengangguk mantap, tanpa ekspresi.

"Temen lo?" Tanya cowok itu lagi. Kiran diam, pandangannya masih tajam kearah cowok didepannya.

Dia berdecak, mengeraskan rahangnya. "Bilangin sama dia kalau jangan gangguin cewek inceran gue. Anak kapan tau, udah songong." Dia ngedumel sendiri, terkekeh jahat, sesekali menoleh kearah Karan dengan tatapan tajam.

Cewek siapa?

Kiran mengelak saat bahunya disentuh paksa oleh cowok itu. Sentuhan itu segera disergah kasar oleh Kiran, membuat cowok itu terkekeh lagi, tangannya menoel dagu Kiran dengan tatapan nafsu.

"Jangan sentuh dia." Seru Karan akhirnya, seperti menahan amarah. Dia bangkit, menyergah tangan orang yang memegangi tangannya. Lalu berjalan kearah cowok itu, melempar tangan cowok itu dengan paksa agar menjauhi dagu Kiran. Saat akhirnya cowok itu berdecak lagi. Kiran sendiri masih menatap garang cowok didepannya.

"Playboy juga lo. Semua cewek cantik rupanya lo embat." Cowok itu memutar pergelangan tangannya sebentar, kemudian tatapannya memandangi Kiran dan Karan secara bergantian. "Ine lo kemanain hah!" Tambahnya.

Ine? Siapa Ine?

"Gini aja. Gue punya tawaran bagus buat lo. Ni cewek buat gue, lo boleh ambil Ine. Gimana?" Tawarnya pada Karan yang langsung disambut dengan senyum sinis.

Najis. Emang gue barang. Gak mau gue sama lo.

"Dia pacar saya." Ujar Karan membuat bola mata Kiran memutar seketika kearah Karan. Tangannya sejenak gemetar, hatinya berdesir.

"Semua aja lo bilang pacar. Gak tau diri. Sok anjeng!" Cowok itu menoyor keras kepala Karan, hingga membuat rahang Karan mengeras dan satu kepalan berhasil menonjok pipi cowok itu sampai memekik kesakitan.

Melihat Karan, Kiran jadi malah memajukan langkah, mendekatkan tubuhnya pada cowok itu sambil menatap tajam. "Iya. Gue pacarnya Karan." Tantang Kiran menyilangkan kedua tangannya didada. Melihat aksinya, cowok itu jadi mengerutkan jidat, tatapannya melihat kearah Karan yang sudah panas menahan amarah. Seketika tangan Kiran ditarik keluar oleh Karan, membawanya keluar gedung, menyuruhnya untuk diam disitu, kemudian ia masuk lagi kedalam.

"Jangan sentuh dia. Kalau gak, saya tidak akan segan-segan melaporkan  anda semua ke polisi!" Karan menghela nafas sebentar, "Ine, saya yakin dia tidak mau sama orang macan anda. Dan satu lagi, Ine adalah kakak saya. Anda mati mencari urusan dengan saya, anda tidak akan mendapatkan Ine! Saya jamin itu." Beberapa kalimat yang dilontarkan Karan rupanya berhasil membuat orang-orang didepannya bungkam dan tercengang untuk waktu yang lama. Lalu mata mereka menatap ragu ke Karan yang berjalan keluar gedung.

---

Kiran membuntuti Karan lagi, rupanya cowok yang dibuntutinya pergi ke parkiran setelah mengambil ranselnya di ruang piano. Setelah sampai di parkiran, mobil Karan berbunyi bip dan dia lekas masuk kedalam. Kaca mobilnya dibuka, dia melihat Kiran yang berdiri mematung tanpa aba-aba. Dia menaikkan dagunya, membuat kode agar Kiran juga ikutan masuk kedalam untuk menemaninya.

Kiran mengangguk, sekuat tenaga dia mencerna setiap bait kata yang keluar dari mulut Karan tadi. Pacar! Kiran sudah masuk kedalam mobil, membenarkan desiran hatinya yang awut-awutan, tak lama ada chat masuk dari Gin. Layar iphonenya langsung ditekan untuk membaca isi pesan Gin.

Gin : Lo dimana woy? Tas lo nih. Anjir lo dicariin pak Heri ya. Dia ngamuk tadi dikelas gegara lo gak balik-balik dari toilet.

Kiran : Mobil.

Gin : Mau kemana lo? Tas lo gmn?

Kiran : Posisi lo

Gin : Halte. Lo bukannya tadi gak bawa mobil ya. Lo sama siapa dah? Dimana?

Kiran menekan lock pada layar iphonenya, tidak membalas lagi pesan Gin. Memasukkan kedalam kantung celana kemudian melirik kearah Karan yang rupanya sejak tadi menatap lekat Kiran. Cewek itu jadi salah tingkah sendiri, posisi duduknya dibenarkan untuk beberapa kali.

"Mau kemana?" Tanya Kiran memberanikan diri. Awkward.

"Ikut aja." Jawab Karan singkat tanpa ekspresi.

Kiran menggigit bibir bawahnya, ia tau kalau Karan saat ini sedang tidak mood. "Ambil tas gue dulu ya?" Ujar Kiran lagi yang hanya dibalas oleh anggukan Karan.

"Halte." Tambah Kiran. Lagi-lagi Karan hanya mengangguk.

***

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang