#15 - Minta Maaf

5.2K 355 0
                                    

Tahun 2007.
Jember.

"Karan, kamu marah?"

Krik. Krik. Krik.

"Karan.. Jangan marah ke Kiran dong."

Krik. Krik. Krik.

"Kar.. an.. Ih, kok pergi." Kiran mengejar Karan yang melangkah pergi meninggalkannya. Pekarangan hijau dengan guguran daun berserakan di tanah membuat Kiran seperti merasa di adegan sebuah film. Ini adalah ketiga kalinya dia ke Jember, ke tempat kakeknya Karan.

Kiran mengehela nafas. Karan di usia 10 tahun memang sangat menyebalkan. Baginya cowok itu tidak bisa ditebak dan sedikit aneh. Aneh, karena kadang dia orangnya rame, kadang juga malah pendiem, kadang cuek, kadang baiknya pake banget, dan yang paling nyebelinnya adalah kadang cowok ini lebih sensitif dari pada cewek yang lagi PMS. Nahlo!

"Karan masih marah sama Kiran ya? Maafin dong. Ya. Ya." Rengek Kiran sambil menggelayuti lengan Karan yang akhirnya menoleh juga ke arah Kiran.

Kiran menyeringai, sebelum akhirnya gelayutan tangannya dilepas paksa.

"Karan ih. Udah minta maaf juga."

"Maafnya gak tulus."

"Iya ini tulus Karan..."

"Iyaudah."

"Iyaudah apa?" Kiran bersendekap.

"Dimaafin.." Kiran menyeringai, menunjukkan deretan gigi putihnya. "Jangan gitu lagi ya kriting." Ujar Karan sambil ngeberantakin rambut keriting Kiran.

"Ish." Kiran manyun, sedangkan Karan terkekeh.

---

Tahun 2016.
Fakultas Seni.

Kiran menunggu seseorang diujung koridor tidak jauh dari toilet. Matanya terus membuntuti setiap langkah beberapa cowok yang lewat didepannya. Kadang dia tertangkap basah sedang memandangi, sesekali dia disapa beberapa senior yang bisa disebut ganteng, dipanggil-panggil, sebagian juga sengaja mendekat namun dicueki oleh Kiran. Tentu saja bagi Kiran godaan mereka tidak berlaku. Saat akhirnya mata Kiran menangkap sosok yang ia cari, Karan. Cowok itu baru saja keluar dari dalam toilet di jam makan siang.

Karan melangkah pergi, Kiran mengikuti. Sampai akhirnya dia sadar berada disebuah gedung kosong tepatnya dibelakang gedung C, seperti gedung olahraga yang sudah tidak terpakai. Kiran tercekat saat Karan mengeluarkan sebuah kotak berisi rokok. Karan yang duduk disebuah spilut kecil sedang terlihat menimbang-nimbang, memutar kotak itu dan membukanya. Satu batang rokok berhasil ia pegang, dia melihat dari semua sisi kemudian menarik nafas, sebelum akhirnya
Kiran datang dan berdiri persis didepannya.

Tubuh Karan dimundurkan, bola matanya menatap lurus kearah Kiran. "Ngapain?" Alisnya terangkat, sepertinya dia bingung kenapa cewek didepannya itu bisa sampai mengikutinya kemari.

Kiran tidak menjawab, dia hanya memandangi batang rokok itu kemudian matanya memandangi Karan lagi.

"Apa! Saya mau ngerokok. Sana pergi." Usir Karan membuat Kiran makin menatap lekat rokok itu. Sebenarnya Karan sendiri tidak yakin akan membakar rokoknya, tapi melihat Kiran yang sepertinya menatapnya dengan tatapan meledek, jadi dia berbicara demikian.

"Coba?" Ucap Kiran akhirnya membuat bola mata Karan ingin jatuh karena melotot. Dia gugup, tangannya sedikit gemetar dan ikut menatap rokoknya seperti Kiran. Entah, Kiran berfikir Karan tidak akan berani melakukan hal itu. Nyatanya, Karan memang tidak bisa merokok. Mangkanya dia kaget saat melihat Karan memegang batang rokok.

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang