#11 - Syok!

5.5K 403 1
                                    

Tahun 2003.
Jember.

Halaman yang sejuk nan rindang. Pepohonan hijau menjulang tinggi disekitar rumah. Dipekarangan sebelah rumah ada kandang sapi. Meski disebut kandang, tapi tempatnya tidak jorok karena selalu dibersihkan oleh Ujang, perawat sapi sekaligus peternak ayam. Lafry memandangi kebulan asap yang dikeluarkan oleh tumpukan sampah yang dibakar Geotraf. Setelah akhirnya menyesap kopi buatan Enda.

"Bapak kamu kemana?" Tanya Lafry pada Geotraf yang ikut duduk dikursi kayu, tepat disebelah pohon besar yang umurnya sudah ratusan.

Geotraf melirik arlojinya. "Jam segini bapak lagi ke sawah." Ujarnya sambil menciumi kaos oblongnya yang sudah bau sangit.

"Oh... Kopi Traf." Lafry memberinya kopi yang langsung diteguk oleh Geotraf.

"Saya mau cerita ke kamu." Katanya menyudahi acara minum kopinya.

"Boleh."

"Ini tentang istriku."

"Hmm.." Lafry menganguk. Telinganya dipasang lebar.

"Dia.." Geotraf menoleh kearah Lafry. Pandangannya nampak serius.

"Dia??" Mata Lafry disipitkan.

"Cantik. Hehe."

"Sialan!" Lafry menyenggol lengan temannya sejak SMP itu. Teman yang dari dulu ada bersamanya, entah itu suka maupun duka. "Aku kira kamu serius." Umpat Lafry setelah akhirnya terlihat Kiran dan Karan sedang lari-larian.

"Om-om.. Ini Karan nakal sama Kiran." Rengek Kiran pada Giotraf yang hanya terkekeh melihat Kiran menarik-narik ujung bajunya. Gadis kecil itu bersembunyi dibalik ketiak Geotraf, sedangkan Karan tidak mau kalah. Dia mengadu pada Lafry.

"Bukan Karan om. Itu tadi salah Kiran sendiri, kenapa dia lari-lari. Eh pas jatuh, dia nyalahin saya. Tanya mas Ujang deh. Karan gak bohong kok om." Jelas Karan panik, jemarinya membentuk kata suer.

Lafry tertawa, dibarengi oleh Geotraf yang juga ikut terkekeh memandang kedua bocah kecil mereka begitu dekat dan akrab. Sama seperti mereka, kedua anaknya kelak ingin mereka satukan. Persahabatan yang hakiki, atau bahkan lebih dari itu. Lafry dan Geotraf, Kiran dan Karan. Mereka akan senantiasa menjaga kedua anak itu, baik Geotraf yang menganggap Kiran sebagai anaknya sendiri, serta Lafry yang menganggap Karan sebagai anaknya sendiri juga. Begitu janji mereka saat itu, di jember, tempat Geotraf dilahirkan.

---

Tahun 2016.

Terjebak dijalanan macet adalah satu makhluk mengerikan yang harus dihindari. Jakarta ramai, benar-benar sangat padat dan membuat kepala puyeng. Kiran memainkan iphonya, sesekali memandangi Gin yang sedang berbincang ria dengan Sera. Kiran diam, tidak merespon atau ikut serta dalam keasyikan mereka yang kalau ikut nimbrung, pasti gak nyambung. Soalnya mereka lagi ngobrolin Bu Ratna.

Iya, mereka bertiga pulang bersama dengan mobil Gin. Itu karena ada tugas kelompok yang harus mereka kerjakan sekarang juga. Jadilah Kiran tidak bisa pulang naik bus, yang tujuannya hanya untuk melihat Karan. Bukan semerta-merta senang dengan keadaan bis yang pengap dan sempit itu.

Gin membelokkan mobilnya kekanan saat berhasil terbebaskan dari macet. Komplek dejavu yang dimasuki mobil Gin, membuat mata Kiran melebar. Komplek yang sama dengan Karan. Hah! Serius.

"Eh, lo pada tau gak kalau gue tetanggaan sama orang yang punya kampus." Gin menoleh ke arah Sera, sekaligus melihat Kiran dari kaca mobilnya.

Kiran menelan ludah, merasakan pundi-pundi udaranya mampet dan dia gerogi. Oh!

"Cius lo Gin? Pemilik kampus Geiro?"
Tanya Sera yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Gin. Kiran menelan ludah lagi saat mobil Gin membunyikan klaksonnya, tanda sudah sampai didepan gerbang rumahnya.

Seorang bibi membuka pintu gerbang dengan senyum selamat datang. Mobil Gin masuk kedalam halaman yang sedetik membuat Sera tercengang, rumah Gin elit. Ah, tidak heran, sekolahnya dulu kan elit juga. Kiran keluar dari mobil, matanya menerawang lurus masuk kedalam rumah yang seluruhnya terbuat dari kaca.

Gin masuk kedalam rumahnya, diikuti oleh Sera dan Kiran.

"Apik banget." Seru Sera seraya duduk dikursi empuk bernama sofa. Kiran setuju dan mengangguk, meski Kiran bukan dari keturunan jawa, tapi dia tahu artinya, karena dulu dia pernah berlibur ke Jember, ke tempat Geotraf. Apik sama dengan bagus.

"Mau minum apa?" Tanya Gin dengan cengiran khasnya.

"Jus Anggur ada gak?" Mata Sera berbinar minta jus, sedangkan Kiran sendiri menepuk jidatnya karena menurut Kiran, Sera sungguh tidak tahu malu.

"Ada dong. Kalau Kiran mau minum apa?"

"Terserah lo aja." Jawab Kiran. Gin mengangguk, kemudian nyengir kuda sembari mengisyaratkan 'tunggu sebentar' dengan tangannya.

Tidak lama Gin membawakan nampan berisi 3 gelas jus Anggur. Bukannya tidak ada jus lain, hanya saja Gin bingung harus menyuguhi Kiran dengan jus apa, sedangkan Gin tidak tahu apa yang Kiran suka. Alhasil dia samakan saja semua jusnya.

"Eh, Kak Bram mana dah?" Tanya Gin pada Sera seraya duduk bersila dilantai. Kiran buru-buru duduk dibawah juga, diikuti Sera yang kemudian mengeluarkan leptopnya.

"Tau tuh, katanya mau nyusul." Kata Sera berhasil membuat lamunan Kiran pecah karena nama Bram. Dia bingung dong, kenapa Bram bisa satu kelompok dengannya.

Kiran buru-buru mendekat kewajah Gin. "Kok ada Bram segala?"

"Jangan liat ke gue, noh tersangkanya disebelah lo." Gin menunjuk Sera dengan dagunya. Kiran menoleh kearah Sera yang nyengir kuda, memperlihatkan deretan gigi behelnya. Huh! Memang Sera, tidak bisa diajak kompromi. Tapi tunggu.

"Haikal gabung juga?" Tanya Kiran pada Gin lagi.

Gin mengangguk. "Btw, itu Haikal siapa lo dah. Akrab banget gitu lo ama dia." Tanya Gin membuat Kiran hanya menaikkan bahu, malas bercerita.

"Iya, Kak Haikal siapa sih Ran. Lo bahkan gak manggil dia Kak, kan dia senior kita." Kali ini Sera yang mengoceh, membuat Kiran hanya menaikkan alisnya, sembari tangannya mengambil gelas jus anggurnya lalu ia teguk.

"Kiran mah ih! Kelewatan banget, ama kita aja kek orang sakit gigi. Giliran sama Kak Haikal beda. Lo naksir dia ya?" Pertanyaan Gin, subhanallah.

"Ih KIRAN!!" Gin menggeram, air jusnya muncrat ke baju Gin. Lagian siapa suruh dia berbicara demikian yang benar-benar tidak pernah terlintas dibenak Kiran. Rasakan semburan jus Kiran.

"Nak Ginara.." Panggil seseorang mengalihkan pandangan ketiganya. Sontak Gin berdiri, menyimpan lototan mata yang akan diberi ke Kiran nanti.

"Masuk tan." Senyum Gin menyalami wanita paruh baya itu. Saat akhirnya Gin membawa wanita itu masuk dan diperkenalkan pada Kiran dan Sera.

Wanita cantik dengan lesung pipinya. Rambutnya digerai indah, mata hitamnya, dan tubuh tingginya mengingatkan Kiran pada.. KARAN! Sungguh cewek itu syok, begitu juga wanita paruh baya yang Kiran yakin memiliki nama Windri itu.

Syok setengah mati, bukan lagi. Kiran buru-buru menyalami Windri saat akhirnya Gin masuk kedalam rumahnya untuk mengganti pakaiannya yang basah karena semburan tadi. Sementara itu, Kiran terpaku sekian detik bersama Windri, mereka saling menatap agak lama, sampai akhirnya Windri membuka suara.

"Kamu Ki..Kiran? Anaknya Enda dan Lafry?"

***

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang