#19 - Dekat dengan Bram

5K 346 0
                                    

Tahun 2016.

Mobil putih itu tidak kunjung dijalankan karena sedang menunggu Haikal yang sama sekali belum kelihatan hidungnya. Kiran dan Gin jadi canggung sendiri, padahal Gin kan cerewetnya kayak kang bajai, gak bisa berhenti, tapi dia sama sekali diam. Kiran menyenggol lengan Gin yang bungkam, detik berikutnya Kiran paham, ada aura tidak nyaman dari wajah Gin karena pulang bareng sama senior yang menurut Kiran biasa saja.

Kiran lekas menunduk memainkan iphonenya sesaat sebelum Bram angkat bicara mengenai Karan. Telinga Kiran jadi melebar seketika.

"Ran, lo kenal sama Karan juga?"

"Iya." Jawab Kiran. Harusnya dia jawab mengangguk, tapi gak mungkin kan kelihatan soalnya dia duduk dijok belakang dan Bram duduk didepan.

"Karan itu temen gue. Ayah kita sahabatan gitu, jadi kita juga ikut sahabatan. Dari kecil kita suka bareng, eh pas kuliah kita ketemu lagi. Awalnya gue gak ngeh, tapi pas temen gue bilang dia anak pemilik kampus baru deh gue ngeh dia siapa. Dan lo kenapa bisa kenal Karan?" Tanya Bram, "Sorry, bukannya kepo." Tambahnya.

"Ayah Karan yang mana?" Tanya Kiran, mengacuhkan pertanyaan Bram. Saat Bram mengatakan kalau dia teman Karan sejak kecil, Kiran gak percaya. Iyalah, Karan kemana-mana sama Kiran dan dia yakin kalau Karan gak punya teman lain selain Kiran. Begitu perkiraan Kiran.

Bram sontak menoleh kebelakang, matanya menatap lekat Kiran yang baru sadar kalau dia keceplosan.

Mati! Bunuh gue sekarang.

"Maksut gue, siapa emang ayahnya Karan." Kiran nyengir, dan itu jarang. Bram sempat tersenyum melihat reaksi Kiran sebelum akhirnya kembali melihat kedepan. Sedangkan Gin yang melihat mereka berdua jadi merasa teracuhkan.

"Namanya Om Jino. Gue dulu sering main ke rumahnya karena naksir kakaknya Karan." Bram terkekeh, sepertinya dia sedang bernostalgia dengan pikirannya. Membuat Kiran makin penasaran dan ingin terus ngobrol banyak tentang Karan.

"Emang kakaknya Karan siapa?" Tanya Kiran pada Bram yang sekarang kegirangan karena diajak ngobrol oleh Kiran.

"I.."

"Cabut yo."  Haikal masuk, pertanyaan Kiran jadi tidak dijawab oleh Bram yang langsung menstater mobilnya, melajukan dengan kecepatan normal.

Mobil Bram berbelok kearah komplek rumah Gin. Cewek itu mengarahkan dengan canggung. Sedikit tidaknya dia masih kaku dengan keadaan didalam mobil ini. Memang tadi Haikal mengajak Gin pulang bareng karena dia tau dari Kiran Gin tidak jadi dijemput oleh supirnya.

"Gila, ini beneran rumah lo Gin. Gede banget." Ujar Haikal histeris. Lebay, tapi Kiran juga setuju karena rumah Gin memang benar-benar mewah.

"Iya Kak." Senyum Gin lalu turun dan berdadah ria kearah Kiran. "Makasih kak." Tambahnya. Haikal dan Bram sama-sama mengangguk.

"Ran, ini loh rumahnya Karan. Gue baru tau kalau temen lo rumahnya deketan sama Karan. Kok gue gak pernah liat temen lo ya." Jelas Bram membuat Haikal mengerutkan dahinya. "Ah gue inget. Jadi pas gue kelompokan sama kalian, gue kan gak jadi dateng ya. Pantes alamat yang dikasih temen lo kayaknya gue kenal. Ternyata rumahnya deketan sama rumahnya Karan." Tambah Bram sambil manggut-manggut.

Gue udah tau, Bram.

Kiran cuma senyum. Sedangkan Haikal sudah mengintrogasi.

"Karan siapa Ran? Cowok yang tadi lo tarik-tarik itu?"

"Iya." Jawab Kiran. Bram sendiri sibuk melanjutkan menyetir.

"Itu siapa dah. Kok gue gak tau, biasanya lo langsung cerita kalau nemu makhluk Adam selain gue. Apalagi lo keknya deket banget? Siapa sih."

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang