#5 - Haikal

7.7K 452 2
                                    

Tahun 2016.

Cowok berperawakan tinggi itu masuk kedalam kelas yang masih terbilang sepi. Mata kuliah Bahasa Inggris yang harus ia ulang dikelas anak semester 1 membuat Haikal senang. Bukan karena dia senang mengulang, tapi karena dia akan bertemu dengan Kiran nanti dikelas yang akan dia ikuti belajar. Bersama dengan Bram, teman karibnya dari semester 1.

Semester 3 dengan IP minim, itulah yang menjadi kendalanya mengambil penuh semua mata kuliah. Belum lagi nilai bahasa inggris dan matematikanya disemester 1 yang mengharuskannya mengulang, bergabung dengan anak baru. Sungguh sial. Tapi tidak lagi saat Bram mengajaknya mengambil kelas A, entah itu hanya kebetulan atau bagaimana. Yang jelas sebelum Bram bilang begitu, Haikal memang berencana untuk masuk kekelas A karena Kiran yang tiba-tiba menelfon, bercerita tentang kekesalannya dengan senior yang membantunya mengisi KRS.

"Ngapa lo senyum-senyum." Senggol Haikal pada Bram yang sedang menopang dagunya. Entah kenapa sejak jam pertama tadi, sahabatnya itu senyum-senyum sendiri. Macam orang gila baru.

"Enggak." Jawab Bram membenarkan ekspresi wajahnya.

"Njir, pada ngeliatin kita ngapa sih." Umpat Haikal saat matanya menangkap beberapa pasang mata dari beberapa Mahasiswi yang duduk tidak jauh dari kursinya yang berada dideretan paling belakang.

"Lo ganteng kali."

"Tai apa.. Eh, apa pada ngeliatin elo kali. Lo bukannya mentor mereka pas Ospek." Bram mengangguk. Pandangannya masih tidak lepas menatap pintu masuk kelas ini.

Kemeja biru lengan pendek, dipadu dengan celana jins panjang, belum lagi rambutnya yang setengah basah mampu membuat wajah blasteran arabnya dipandangi oleh setiap mata para wanita dikelas A. Haikal sesekali memandanginya, yang berganti memandangi tubuhnya sendiri. Kaos polos berwarna hitam lengan pendek dengan celana jins yang hitam juga. Haikal mengusap rambut jambulnya yang sedikit berantakan, lalu memandangi Bram lagi. Dia memang sedikit iri dengan kegantengan yang dimiliki Bram, sedikit tidaknya dia sempat kesal karena banyak yang menitipi Bram salam. Sedangkan dirinya hanya sebagai alat penitip salam saja, boro ada yang menyalami. Mau bicara dengannya saja malas karena menurut teman-teman yang lainnya, Haikal termasuk cowok yang pecicilan dan ekspresif. Super pecicilan lebih tepatnya. Contoh saja sekarang. Kakinya tidak bisa diam memainkan kursi didepannya yang masih kosong. Berbeda dengan Bram yang bersikap cool dan sedikit cuek.

"Woy Ran." Teriak Haikal begitu melihat Kiran masuk bersama kedua temannya. Yang dilihat langsung sumringah dan ngacir duduk didepan Haikal. Sementara Gin memandang cengoh sikap Kiran yang tiba-tiba saja berubah.

Gin duduk disebelah Kiran, sedangkan Sera yang sadar dengan adanya Bram duduk tepat didepan kursi Bram.

"Lo ngapain?" Tanya Kiran memutar kursinya kebelakang. Dia sama sekali tidak menyadari adanya Bram karena fokus menatap Haikal.

"Ngulang gue.. Eh kenalin temen gue, Bram." Ujarnya menunjuk Bram dengan jempolnya. Kiran langsung melirik kekanan. Tatapannya mundur kebelakang dan secara otomatis berubah datar, sedatar-datarnya.

Haikal memandangi Kiran dan Bram secara bergantian, tidak lama ia seperti merasakan atmosfer yang berbeda diantara mereka berdua. Bram dengan tampang anehnya, sedangkan Kiran dengan tampang cueknya yang ditebak Haikal malas berkenalan dengan orang baru macam Bram. Kiran membenarkan lagi posisi duduknya. Tidak lama Gin mendekat.

"Itu senior? Temen lo? Dan itu kak Bram kan, senior ospek jahat itu." Ujar Gin sambil sesekali melirik kebelakang. Bukannya Haikal tidak mendengar dan tidak melihat tatapan Gin, dia hanya berusaha tidak menggubris karena tidak kenal dengan Gin. Sedangkan Kiran hanya mengangguk tanda iya.

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang