#6 - Bertemu Karan

6.7K 483 1
                                    

Tahun 2016.
Halte bus, Univ. Geiro.

Kiran melirik arlojinya, sekarang sudah pukul 5 sore dan yang ditunggu tidak kunjung datang. Dia bukannya ingin menunggu bus, tapi sedang menunggu Haikal yang tadi ingin pulang bersamanya. Tau gitu gue bareng Sera. Batin Kiran karena sudah kelewat setengah jam menunggu Haikal. Tidak biasanya sahabatnya seperti itu. Kiran melirik lagi sekitarnya, halte bus ini cuma diisi oleh dia dan dua orang cowok yang sejak tadi melihat kearahnya. Entah, Kiran sama sekali tidak memperdulikan bisikan-bisikan halus disebelahnya.

"Yo. Liat Raden gak?" Tanya seorang cowok yang tiba-tiba datang dari balik punggung halte. Dia menyapa kedua cowok yang tadi melirik Kiran. Awalnya Kiran tidak tertarik dengan sapaan cowok itu, tapi akhirnya dia menoleh karena cowok itu mengenakan kaca mata hitam. Cowok yang sama yang membuat Kiran penasaran saat OSPEK, saat terjadinya insiden itu.

Tubuhnya tinggi, stylenya lumayan, dan wajahnya masih belum terdeteksi.

"Gak tau gue Ran. Udah cabut kali." Jawab cowok yang satu lagi. Sedangkan cowok berkaca mata itu mengangguk-ngangguk. Saat akhirnya cowok itu melepas kaca matanya.

JJddaarrrr!!!

Petir menggelegar, tiba-tiba hujan turun begitu saja. Kiran masih tidak bergerak saat kedua teman cowok itu pergi meninggalkan dia dan cowok berkaca mata itu berdua. Kiran masih tidak bergerak, kaku ditempat, jantungnya berdebar.

Wajahnya yang tidak terdeteksi kini sudah terlihat jelas. Saat berdadah ria pada temannya tadi, lesung pipi cowok itu terlihat jelas dan sangat berlubang, belum lagi alisnya yang sedikit tebal membuat perawakannya menjadi gagah dan sedikit jambul rambutnya turun ke mata dan dibenarkan lagi keatas dengan jemarinya. Warna kulitnya yang putih membuat kemeja putihnya yang lengannya sedikit dilinting menjadi satu paduan yang enak untuk dilihat karena terkesan lebih rapi dan ganteng. Duh!

Karan Saldi Giotraf. Kiran yakin itu nama pemilik cowok berlesung pipi itu. Iya, dia sangat yakin.

---

Tahun 2002.
Rumah keluarga Lafry.

Halaman belakang rumah keluarga Lafry. Acara ulang tahun Lafry, ayah Kiran, dirayakan kecil-kecilan. Hanya ada keluarga Kiran dan keluarga Karan disana. Iya, keluarga mereka memang cukup dekat, bahkan sebelum kedua anak berusia 5 tahun itu lahir.

Kiran dan Karan. Dua bocah yang dilahirkan di rumah sakit yang sama. Dengan nama yang hampir mirip.

"Karan jangan lari dong. Kiran kan pake rok." Ujar Kiran kecil saat berusaha mengejar Karan yang lari membawa sebuah bakso tusuk bakar yang baru saja diambil dari piring.

Karan tersenyum, lesung pipinya berlubang. Dia menunggu Kiran yang sedang susah payah lari mengejarnya. Rok tutu yang Kiran kenakan membuat Karan terus menyungging senyum. Putri cantik. Begitulah menurut Karan.

"Kamu lama.. Karan kan pegel berhenti terus nunggu kamu." Ujarnya sembari menjajal bakso tusuknya yang masuk kedalam mulut, membuat lesung pipinya tidak terlihat lagi.

"Iya Karan. Sabar ya." Kiran melangkah lagi, kali ini kakinya berusaha berlari.

"ADUH! Mama..." Teriak Kiran saat kakinya tersandung sesuatu. Sepatu berukuran mini itu dilepas kasar lalu dibuang. Beruntung gadis kecil itu tidak jatuh.

Enda, mama Kiran langsung menghampirinya sesaat setelah Karan mencoba mengambil sepatu yang tadi dibuang oleh Kiran.

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang