#34 - Masalah

4.3K 313 2
                                    

Tahun 2016.

"WOY! BUKA PINTUNYA. LO APAIN KIRAN, HAH! BANGSAT! BUKA PINTUNYA ANJING!!!"

Kiran sampai kaget saat tau suara teriakan itu adalah suara Haikal. Kiran melirik Karan yang melihatnya dengan tatapan tanya. Kiran mengatupkan mulutnya, berseru Haikal. Lalu Karan mengangguk lalu bangkit, hendak membukakan pintunya.

"WOY! BUKA ANJING."

Klek. Pintu kos terbuka, belum sempat Karan menarik kenop pintunya, tiba-tiba pintunya dibuka paksa oleh seseorang yang langsung menonjok rahang Karan dengan hantaman yang cukup keras, sehingga membuat Karan terjatuh di lantai. Itu Haikal, dia datang bersama Gin yang nampaknya juga kaget dengan tindakan Haikal.

"Haikal." Bentak Kiran menolong Karan untuk bangkit. Dia melirik sahabatnya dengan kesal, lalu menyeret tangan Haikal keluar dari dalam area deretan kosan Karan yang untungnya sepi karena pada keluar malam minggu.

"Lo apa-apaan sih!" Bentak Kiran menghempaskan tangan Haikal. Kiran nampaknya benar-benar marah akan tindakan Haikal barusan.

"Lo diapain sama si brengsek itu?" Tanya Haikal kesal juga, rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Dia hendak masuk lagi kedalam area kosan, namun langsung dicergah oleh Kiran.

"HAIKAL!" Bentak Kiran lagi, kali ini dia memegangi tangan Haikal dan tidak melepasnya. Takut jika cowok itu menghantam Karan dengan kepalannya.

"Gue tanya lo diapain sama dia?"

Kiran diam.

"Lo jawab atau gue masuk kedalam."

Kiran menghela nafas panjangnya, lalu melepaskan tangan Haikal dengan berat. "Gue gak diapa-apain, Kal. Gue cuma ngobrol sama Karan, gak lebih." Jelas Kiran membuat Haikal memegangi bahu Kiran erat.

"Bohong. Cewek sama cowok didalam satu ruangan, mustahil lo gak ngapa-ngapain." Sorot mata itu Kiran kenal. Sorot mata Haikal, sorot mata marah yang sama saat pertama kali mereka kenal.

"Enggak. Kali ini gue jujur. Gue gak ngapa-ngapain sama Karan. Serius. Lagipula dia.." Kiran mengernyit, bahunya seakan diremas kuat oleh Haikal. "Dia pacar gue sekarang." Tambahnya, pegangan dibahunya langsung kendur.

Kiran bisa merasakan tarikan nafas Haikal yang berat. Kiran bisa merasakan hawa kelegaan pada sahabatnya itu. Sesaat kemudian Kiran tersenyum, matanya menatap lekat Haikal. "Thanks karena udah khawatirin gue. Tapi serius gue gakpapa." Kata Kiran membuat Haikal mengusap pelan ujung rambut Kiran.

Sesaat kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat. Itu Gin dan Karan yang menghampiri. Haikal melepaskan usapan tangannya, lalu melirik sebentar kearah Gin yang rupanya masih panik dan takut dengan sikap Haikal barusan. Kiran sendiri menghampiri Karan yang terlihat mengusap ujung bibirnya yang berdarah. Matanya tidak lepas memandangi Haikal dengan tatapan marah.

"Sorry." Ujar Haikal ikut mendekat kearah Karan. Cowok itu mengulurkan tangan, ingin menjabat. Dan langsung dijabat balik oleh Karan, saat sebelumnya lengan Karan disenggol oleh Kiran sambil tersenyum yang menandakan Haikal memang tulus meminta maaf.

---

Jam masuk pagi. Jam kuliahnya Pak Heri, dosen yang menyukai Kiran. Ah, Kiran malas datang. Dia rasanya ingin bolos lagi di mata kuliah dosen itu. Tapi, apa daya, absennya sudah 3 kali dan itu sudah maximum. Kalau sampai dia tidak masuk lagi hari ini, dia akan dicoret dari daftar ujian. Sungguh meski Kiran pemalas, dia tidak ingin tidak ikut ujian. Masalahnya dia baru semester 1 dan itu, menyebalkan, karena harus taat aturan kalau tidak mau di D.O atau paling tidak dapat surat peringatan.

"Ran, jadi beneran anak pemilik kampus itu pacar lo?" Ujar Gin menggebu-gebu. Sera jadi ikutan maju selangkah untuk mensejajarkan langkahnya dengan Gin dan Kiran. Mereka bertiga sedang menuju ke lantai 3, kelas Pak Heri.

Kiran mengangguk.

"Demi apa? Serius lo Gin. Anak pemilik kampus, siapa?" Tanya Sera ikutan nimbrung. Kiran jadi berdesis karena merasa diganggu jalannya. Padahal ini masih pagi, dia suka sebal mendengar celotehan kedua temannya itu, apalagi kalau sudah kepo. Aduh ajalah pokoknya.

Gin mengangguk, "itu loh Ser anaknya tante Windri yang pernah ke rumah gue pas kerja kelompok. Yang gue bilang anaknya cakep itu."

Sera seperti berbinar-binar, tatapannya kembali mengarah pada Kiran yang cuek bebek. "Hebat juga lo Ran. Sekali dayung, langsung dapetin cowok ganteng, anaknya pemilik kampus lagi."

Yayaya, terserah mereka mau bilang apa. Yang paling penting adalah Kiran bersyukur karena kakinya sudah menginjak di lantai kelas yang artinya tidak ada kekepoan lagi karena Heripun langsung datang. Mereka bertiga seperti biasa duduk dideretan paling belakang, karena tentu mengikuti Kiran yang suka memilih duduk dibelakang.

"Ran, Ran..." Gin menyenggol lengan Kiran yang sibuk mengeluarkan bindernya dari dalam tas. Bukannya dia ingin mencatat, hanya saja dia ingin bersiap untuk tidur, dan benda itu berguna untuk menutupi wajahnya.

Seperti berkata dalam hati 'apa' sambil menoleh kearah Gin yang riweh. Seraya matanya melirik kedepan karena Gin memberi kode. Pak Heri datang menghampirinya. Tamat! Memang, secara tidak langsung kemarin malam dia mendapat pesan whatsapp dari orang itu yang menyatakan bahwa Heri menyukai Kiran. Padahal kemarin malam Kiran sama sekali tidak meresponnya, dia hanya menge-read saja. Kiran fikir inilah saatnya dosen itu bertanya.

Kiran agak mundur, tubuhnya hendak ingin bangkit saja sebelum Heri makin dekat. "Kiran." Panggil dosen itu sarkartis.

"Iya Pak." Jawab Kiran masih dengan nada murid ke dosennya. Kiran jadi geli sendiri melihat tampang memelasnya Heri.

"Kumpulkan tugas kamu."

Hah! Tugas.. tugas apa?

Kiran melirik Gin yang jadi tepuk jidat. Hari ini memang ada pengumpulan tugas laporan yang dengan bodohnya Kiran sama sekali tidak mengetahui jika ada tugas.

Gin seakan memberi kode minta maaf disana sambil mengacung-ngacungkan laporannya ditangan. Gin nyengir, sedangkan Kiran sendiri mendengus kesal. Cewek itu kira Heri merasa sakit hati dan melakukan ini dengan sengaja, bentuk balas dendam mungkin.

"Belum buat, Pak." Kata Kiran seraya menundukkan wajahnya. Sebenarnya bodo amat tentang tugas itu, tapi anehnya wajah Heri jadi berubah memerah hendak marah. Jadilah Kiran menunduk karena sedikit agak ngeri.

"Kamu ini memang tidak pernah niat di mata kuliah saya. Tugas tidak pernah dikumpulkan. Suka tidur, suka bolos. KAMU INI NIAT KULIAH TIDAK, KIRAN!"

Ah, sial. Kiran fikir dosen ini benar-benar sedang merasa sakit hati padanya. Semua keburukannya terbongkar sudah, membuat Kiran semakin menunduk karena malu dibentak didepan semua teman sekelasnya. Baik Gin maupun Sera juga kaget melihat apa yang kini dilakukan Heri pada Kiran.

Mimpi apa gue semalem. Masalah Haikal sama Karan kelar, ada lagi nih satu, si dosen kampret yang bilang suka ke gue. Ujung-ujungnya gue dimaki didepan bocahan. Padahal kan gue nolak dia secara halus! Nasib-nasib!

Kiran seakan ngedumel sendiri sambil menyaksikan kepergian Heri, melanjutkan acara mengajarnya dengan tatapan masih marah. Kalau saja Kiran memiliki jatah bolos sekali lagi, dia benar-benar akan pergi sekarang juga!

---

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang