3rd

302K 18.7K 270
                                    

Vote dulu baru baca!😊

.

   
REVISI
06 Oktober 2017

"Jaminannya adalah tubuhmu, dan besok pagi pendeta akan datang kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaminannya adalah tubuhmu, dan besok pagi pendeta akan datang kemari."

.

Kata-kata itu terus berdengung di telinganya bahkan sejak Anthonio mengatakannya lebih dari lima menit yang lalu. Dan Catherine terpekur di situ, bingung dan shok. Mulutnya terasa kering seolah-olah tidak pernah dibasahi tiga hari lamanya. Namun entah pikirannya yang berjalan lambat atau keterkejutan itu membuatnya cacat, Catherine menyalahkan telinganya. Ya, pasti ada yang salah dengan telingaku.

Catherine kemudian memastikan lagi. "Ap– apa?"

Anthonio duduk di sana, di kursi kebesaran Paulus de Vaughn yang telah meninggal kurang dari enam jam yang lalu. Ia menatap Catherine dan mereka hanya di pisahkan oleh meja kaca yang megah. "Kau mendengar dengan pasti apa yang aku katakan."

Dan seketika Catherine merasa lemas. Kakinya terasa seperti jeli hingga ia harus berpegangan pada pinggiran meja di hadapannya. Pikirannya kacau dan bola matanya bergerak liar ketika ia mendongak untuk menatap Anthonio.

"Apa maksudmu? Kau—kau memintaku untuk menjadi pelacurmu?"

Sebelum Anthonio dapat mengatakan apapun, Catherine terlebih dahulu menjerit, "TIDAK! AKU TIDAK AKAN PERNAH MAU!"

Anthonio mengangkat bahunya acuh dan ia memainkan pena di atas meja. "Terserah kau. Yang jelas, mereka tidak akan pernah mendapatkan pemberkatan. Seperti yang telah aku bilang sebelumnya, young lady. Kau tidak memiliki apapun untuk membuatku memanggil seorang pendeta." Ia menatap tubuh Catherine dari atas ke bawah dan menaikkan sudut bibirnya. Kemudian ia melanjutkan, "Kecuali jika tubuhmu mampu membuatku senang."

Catherine tahu, itu adalah akhir dari hidupnya.


***


"Mama, aku harus bagaimana?"

Catherine menatap foto itu dengan nanar. Matanya bergerak gelisah ketika ia menatap potret Lady Elizabeth yang tengah tersenyum dengan anggun. Ia terus mengatakan hal yang sama sejak ia keluar dari ruang kerja kakeknya. Atau ia harus menyebut itu ruangan Anthonio? Entahlah. Akal sehat Catherine mungkin sudah hilang entah kemana ketika ia dengan terpaksa menerima proa itu sebagai Lord mansion yang baru. Dan tuan atas diriku, bisik hatinya. Ia memejamkan matanya dan hampir melempar foto itu ketika ia ingat jika itu adalah potret ibunya. Catherine menghela napas dan menatap sekeliling.

Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak punya apa-apa lagi. Aku tidak boleh lari, aku tidak akan membiarkan bajingan itu berkuasa atas milikku.

Ia mengelus gambar ibunya sekali lagi dan meletakkannya di atas nakas. Catherine bangkit, menyeka sisa-sisa air matanya dan melangkah ke arah pintu untuk hanya menemukan jika pintu itu terlebih dahulu membuka dan Anthonio berdiri di sana.

The Independent Slave [The Seazzurys #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang