31st

133K 13.6K 1.1K
                                    

Vote dulu baru baca!😊

.

.

REVISI
3 Februari 2018

  Anthonio tak tahu sudah berapa lama ia duduk termenung di atas kap mobilnya dan merokok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 
Anthonio tak tahu sudah berapa lama ia duduk termenung di atas kap mobilnya dan merokok. Petugas yang ada di pos penjagaan itu bahkan sudah menawarinya segelas kopi, tapi Anthonio menolaknya dengan halus. Ia butuh sesuatu yang lebih kuat dari kopi untuk menenangkan pikirannya yang kalut.

Jadi di saat seperti ini, nikotin terasa begitu pas. Ia menghisap asapnya dengan kuat dan menghembuskannya dengan kasar, memerhatikan ketika dengan samar cincin-cincin asap itu hilang di udara. Anthonio menjepit puntung rokoknya dengan bibirnya, menggosok tangannya untuk menghalau udara dingin yang masih tidak bersahabat. Ia mendongak, menatap langit yang berwarna kebiruan tanpa adanya awan dengan gamang.

Ada banyak hal yang berputar-putar di dalam pikirannya. Sebelumnya, ia tidak pernah seperti ini. Orang paling terkontrol sepertinya tidak seharusnya memikirkan hal-hal seperti itu yang mana tidak penting sama sekali. Tapi kini, entah apa yang terjadi padanya, Anthonio bahkan merasa jika sifat aslinya sudah menghilang entah kemana. Sialan, ia rasanya ingin mati!

Ponselnya berbunyi dengan nyaring. Anthonio merogoh saku celananya dan melihat sekilas layar ponsel itu sebelum menempelkannya pada telinganya.

"Bos, di mana kau?"

Anthonio menatap sekelilingnya. "Aku ada di pemakaman. Kenapa?"

"Signora Catherine akan melahirkan dan kau masih bersantai entah di mana. Sial, Anthony! Cepatlah kemari."

Anthonio mengumpat. "Baiklah, baiklah." Ia mematikan ponselnya secara sepihak sebelum melompat dari kap mobil dan masuk ke dalam mobilnya. Ban belakang sedan hitam itu berdecit di atas aspal dan menghilang di ujung jalan.

-

Area pemakaman itu berjarak lebih dari 15 km dari St. Harrels Hospital. Klakson sedan hitam itu berbunyi nyaring ketika melewati sekumpulan demonstrator yang berdiri di depan sebuah badan instalasi pemerintah. Anthonio mengumpat, menekan klakson mobilnya dengan tidak sabar berulang kali dan mengeluarkan kepalanya keluar dari jendela mobil untuk berteriak pada tiga orang laki-laki yang berdiri di tengah jalan sambil memeluk gulungan poster.

Kemacatennya begitu panjang. Anthonio merasa pening dan udara akhir musim dingin tidak lagi menyejukkan. Ia memijat kepalanya dengan lelah, pusing ketika suara nyaring klakson dan teriakan sekumpulan orang bar-bar terdengar bersahutan. Demi Tuhan, ia ingin keluar dari sini sekarang juga!

Hampir setengah jam kemudian, Anthonio akhirnya bisa bernapas lega ketika mobilnya berhasil keluar dari gerombolan para demonstran dan kemacetan. Jadi dengan kontrol emosi yang tidak sudah tidak pada tempatnya, Anthonio tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan hampir di atas rata-rata jika tidak ingin menyebabkan kecelakaan atau membuatnya berurusan dengan posisi lalu lintas.

The Independent Slave [The Seazzurys #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang