Mulmed : Paul Wesley sebagai Marcello Barnnaby
Vote dulu baru baca!😊
REVISI
21 Oktober 2017
Seminggu setelahnya, tidak ada kejadian menarik sama sekali. Pria besar bernama Finnick itu selalu mengikutinya ke manapun, entah itu pergi ke perpustakaan atau ke taman mansion yang indah. Namun Catherine harus bersyukur karena setidaknya, pria besar itu menghargai privasi miliknya. Finnick tidak pernah mengikutinya hingga ke kamar gadis itu, dan selalu berada di luar kamar Catherine setiap kali ia keluar dari kamarnya.Sama seperti anak buah Anthonio lainnya, Finnick juga jarang berekspresi. Namun perlu digaris bawahi jika mereka tidak seperti yang ada di novel-novel lainnya. Mereka juga manusia, dan tentu bisa tertawa. Tapi mereka membatasi diri untuk membuat wajah mereka menjadi sekeras batu jika itu melibatkan sebuah misi.
Para pelayan di mansion berangsur-angsur pulih dari ketegangan yang mencekam mereka sebelumnya, dan semakin lama sudah mulai terbiasa dengan pemandangan para pria bertubuh kekar yang sesekali melintas di hadapan mereka. Walaupun terkadang terdengar siulan-siulan menggoda ketika mereka lewat, namun mereka berusaha tenang.
Catherine tengah membaca di perpustakaannya ketika ponselnya berbunyi.
"Catherine de Vaughn..."
"Ya Tuhan! Ini sudah seminggu, Cath!"
Gadis itu memutar matanya ketika menyadari bahwa ia sangat mengenal suara di seberang sana. "Jangan berteriak, Perry."
"Persetan dengan itu. Aku sangat lelah karena setiap hari harus mengurus absensimu. Kapan kau akan keluar dari hibernasimu dan masuk kuliah kembali?"
Catherine menggigit bibirnya dan meringis. Tidak ada yang tahu jika kakeknya telah meninggal kecuali para bawahan dan relasi kakeknya. Ia meminta pada Anthonio agar kabar ini jangan sampai terendus media.
"Perry, jangan kaget, okay?"
"Apa? Kau tidak perawan lagi? SHIT! Jangan bilang jika itu benar!"
Catherine memutar bola matanya. Ya Tuhan! Ia hanya bisa berharap jika Perry tidak sedang meneleponnya di depan umum.
"Tidak! Ya Tuhan, Noberts! Ini tidak seperti yang kau pikirkan."
"Dan jelaskan padaku mengenai apa yang bukan seperti apa yang sedang aku pikirkan, de Vaughn!"
Catherine menghela napas kembali sebelum menguatkan dirinya sendiri untuk menjawab, "Kakekku meninggal."
Lalu hening. Butuh 5 detik untuk Perry berkata, "Ma- maafkan aku, Cath. Aku sangat menyesal."
Gadis itu menghembuskan napasnya sebelum berkata, "Tak apa, Perrs. Sungguh. Aku sudah lebih baik sekarang, setidaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Independent Slave [The Seazzurys #1]
عاطفية[Completed] ⚠️🔞 fyi, i know how to find copycats:) 1st story of The Seazzury Series. Kepulangannya kembali ke rumah rupanya menjadi pukulan tersendiri bagi Catherine de Vaughn. Gadis keturunan Perancis ini tak pelak histeris ketika mengetahui bahwa...