Masih di malam yang sama.Suasana makan malam ini seketika berubah jadi hening, apalagi saat Afkar berusaha menyapa Pelangi dan pelangi langsung membuang arah pandang ya seolah dia tak mendengar sapaan pria itu.
Afkar tidak sedikit pun tersinggung malah dia tersenyum lalu mengambil posisi duduk nya yang tepat bersebelahan dengan Adik nya.
Pelangi masih ingat betul moment terakhir kali ia bertemu dengan Afkar dia mengumbar semua janji nya membuat Pelangi yakin kalau Afkar yang terbaik untuk nya, tapi semua nya bullshit. saat itu juga Pelangi merutuki kebodohan nya telah percaya pada lelaki seperti Afkar.
Pria yang dia khawatirkan ternyata sama sekali tidak biasa-biasa saja.
Hanya Pelangi yang heboh mencari tau keberadaan Pria ini.
Dia tidak membenci Afkar malah Pelangi membenci diri nya yang terlalu polos sehingga ia jatuh cinta pada Afkar.
Sementara saat ini rasa canggung jelas menguasai kedua nya."Bun, Pelangi boleh pulang duluan. Tiba-tiba pelangi ngga enak badan." ucap nya. Saat ini ia merasa sudah tidak betah berlama-lama dalam satu ruangan bersama Afkar.
Afkar menatap nya dengan instens dia tau Wanita di depan nya ini sedang menghindar dari nya."Oh begitu ya sudah kamu pulang sama Andre ya, bunda masih ada urusan disini." Pelangi mengangguk lalu bangkit dari duduk nya.
"Maaf Om dan Tante Pelangi permisi pulang dulu ya maaf tidak bisa lama-lama disini." pamit nya dengan sopan kepada Hanako dan juga Davian.
"Oh begitu ya, baiklah kamu pulang nya dengan siapa nak?" tanya Hanako dengan sangat ramah.
"Ada supir kok di depan Tan, Pelangi pamit ya." ucap Pelangi berusaha tenang sambil menunjukan senyum terpaksa nya.
Anisa senyum-senyum melihat Abang nya gelisah sejak tadi. Seperti nya ada yang Afkar sembunyikan dari nya.
"Bang susul sana." perintah Anisa.
Afkar tak bergerak dari duduk nya meskipun Anisa sudah menyuruh nya menyusul, Dia masih diam dan menatap punggung Pelangi hingga menghilang di balik pintu.
Kenapa wanita itu bersikap biasa saja. sementara pesan nya menunjukan bahwa dia sangat merindukan ku. Afkar membatin dalam hati nya saat sudah tidak melihat Pelangi.
"Aku dengar anak mu baru saja tertimpa musibah ya ? " tanya Davian melanjut kan perbincangan nya yang sempat terputus. Afkar langsung melarikan pandangan nya ke papi nya dan Om Wahyu.
Musibah apa? Batin nya kembali bertanya.
Hay kenapa kamu begitu ingin tau bukan nya Afkar sama sekali tidak peduli pada Pelangi. Ck! Entah la.
"Iya kejadian nya sudah seminggu lebih dia di keroyok tiga orang preman waktu masih menetap di jogja. Untung saja preman itu belum sempat menyicip tubuh anak ku."
Afkar menegang di tempat nya. Dia tidak percaya kalau Pelangi yang notabene masih menjadi pacar nya hampir di perkosa. Ya tuhan pria macam apa dia yang tidak mengetahi pacar nya tertimpa musibah seperti itu. Entah saat ini Afkar harus bersikap bagaimana dia terkejut bahkan sangat sangat terkejut tapi dia tidak bisa menunjukan nya di depan para orang tua. Kenapa dia harus bersikap peduli dulu-dulu Afkar sama sekali tidak pernah peduli dengan semua wanita yang di kencani nya. Apalagi Pelangi hanya dijadikan bahan mainan saja untuk nya. Tapi kenapa dia sekhawatir ini.
"Astagfirullah." jawab Davian dan Hanako bersamaan. "Sabar ya jeng aku turut sedih." lanjut Hanako.
"Aku sangat beruntung memiliki putri tunggal yang kuat seperti dia, aku sempat takut kalau dia bakalan menutup diri tapi alhamdulilah dia masih bersikap biasa saja." jelas Wahyu. Semua merasa lega begitupun Afkar.