"Lo hati-hati ya nanti kalo udah tiba jogja langsung telfon gue." Pelangi memeluk Putri sebelum melepas keberangkatan Putri ke Jogja. Sudah cukup lama ia disini menemani Pelangi kini saatnya ia kembali ke kota asal nya dan kembali pada kegiatan nya.
Kemarin setelah Pelangi mulai baikan Putri banyak menasehati sahabat nya itu dari A-Z . mereka juga mengatur alasan pada Eca dan Wahyu jika kedua orang tua Pelangi bertanya.
"Iya Pel, kamu disini baik-baik inget saran aku jangan berbuat hal yang bodoh lagi." Putri memicingkan mata nya. "Pel cowok itu penting tapi kebahagiaan diri sindiri jauh lebih penting." ucap Putri.
"Gue selalu ingat pesan dari lo. Dan setelah lo sampe di Jogja lo harus rajin-rajin ngabarin gue ya. Titik. " Pelangi kembali memeluk Putri erat-erat.
"Lo sahabat terbaik yang pernah gue punya. Makasih banget udah ada di samping gue disaat gue ngga tau arah tujuan hidup gue kemana." pelangi hampir saja meneteskan air mata nya di dalam pelukan Putri . Entah bagaimana keadaan nya jika Putri tidak ada di samping nya waktu itu, hanya Putri orang satu satu nya yang tau tentang diri nya yang mengetahui isi hati nya dan dia juga yang menguatkan Pelangi hingga sampai ke tahap ini.
"Itu guna nya sahabat Pel, udah jangan mewek-mewekan gini dong. Ingat ya kita harus balas dendam dengan nya Pel."
"Tenang Put gue udah atur strategi kok."
"Ya udah gue berangkat dulu ya, see you next moon!"
Mereka kembali berpelukan sebelum akhir nya berpisah, sebenar nya Pelangi sangat sedih melepas kepergian Putri tapi mau gimana lagi mereka memiliki agenda masing-masing. Berkat Putri Pelangi bisa kembali seperti sedia kala berusaha melupakan puing-puing kenangan ia bersama Afkar. Dan bangkit menjadi wanita yang kuat.
Sulit memang melupakan masa lalu tapi mau tidak mau Pelangi harus bisa menjalankan strategi nya yang baru.***
1 bulan kemudian
Cesar, Aldo dan Bima merebah kan tubuh nya di kasur hotel. Hari ini mereka semua tidak ke club melainkan menyewa hotel mahal hanya untuk berkumpul bersama yang lain nya.
Mereka mengambil kamar yang cukup besar untuk beberapa hari kedepan. Mereka butuh ketenangan dan bertukar fikiran. Club bukan tempat yang pas untuk saat ini Alfabeth benar-benar butuh sesuatu yang segar jauh dari keramaian dan juga wanita."Jov, apa ngga kenapa-kenapa lo ikut gabung sama kita, gue takut banyak wartawan yang ngikutin lo dan buat gosip yang engga-engga." tanya Cesar.
"Biasa aja kali, lagian kalo karir gue hancur kan masih ada Afkar yang bertanggung jawab." ucap Jovana.
"Kenapa Afkar?" tanya cesar lagi.
"Ah udah ngga usah di bahas. Keliatan nya Afkar mulai gila karna semua wanita nya hilang." sambung Bima disertai tawa yang sedikit mengejek.
"Dia harus belajar mencintai satu wanita Bim," sahut Jov tepat sasaran.
"Bukan lo kan Jov?" Cesar menimpali.
"Kenapa kalo emang itu gue? Kalian ngga setuju?" tatap Jov sinis.
"Lo lupa sumpah Alfabeth?" Aldo yang baru keluar dari kamar mandi langsung menyambung.